Hits: 200
Tesayunidia Tebe
“Reni bangun nak, sudah subuh mari kita sholat subuh nak,” bu Tika membangunkan anaknya yang tengah terlelap. “Iya bu, sebentar,” Reni pun bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas mengambil air wudhu. Setelah sholat Reni membantu ibunya menyiapkan dagangan untuk pagi ini, bu Tika adalah seorang penjual kue di kampungnya. Bisnis kue itu sudah lama ia jalankan banyak para pembeli yang membeli dagangan bu Tika, tak hanya rasa kuenya yang membuat para pelanggan berdatangan ke toko kuenya tetapi keramahan, kenyamanan dan kepuasan pun dapat dinikmati dari Toko kue yang sederhana ini. “Ibu kue-kue ini Reni letakkan di toko ya bu,” Reni mengambil beberapa loyang kue dari pemanggang. “Iya Ren, hati-hati awas panas ya,” sahut bu Tika yang sedang mengolesi selai kacang diatas roti tawar.
Pagi ini Toko bu Tika ramai di kunjungi pelanggan mulai dari anak sekolah sampai pegawai kantoran, hampir semua kue yang di dalam etalase ludes terjual. “Wah bu Tika hebat bener ya dagangannya habis semua,” kata salah satu tetangganya yang berkunjung ke Toko. “Alhamdulillah bu, atas izin Allah, saya pun tidak menyangka kue dagangan saya laris manis bu,” sambil tersenyum bu tika menutup etalase kue. “kalau terus-terusan gini mah bu Tika bisa buat toko kue yang besar kaya di kota-kota,” Bu tika pun tersenyum mendengar pujian dari tetangganya itu. “Masyaallah bu, saya belum kepikiran kesitu, tapi ibu doakan saja agar doa ibu barusan dapat saya wujudkan,” si ibu pun tersenyum dan izin pamit kepada bu Tika.
Matahari pun telah sampai di puncaknya, hari ini cuaca sangat panas debu-debu berterbangan. Tak satu pun terlihat orang lalu lalang di jalan raya, tiba-tiba bu Tika melihat seseorang yang berjalan menuju tokonya dengan pakaian yang compang camping serta langkah yang tergopoh-gopoh. “Bu saya pesan rotinya 1,” bu Tika pun segera mengambil pesanan si pria tua ini. “Ini pak rotinya,” bu tika pun memberikan pesanannya. “Maaf pak, uang bapak kurang,” si pria tua pun berbalik. “Maaf bu hanya itu uang yang saya punya, saya ingin membelikan cucu saya makanan kasihan mereka belum makan dari kemarin,” kata bapak tersebut dengan muka sedih. Si bapak pun bercerita bahwa ia hanya seorang buruh bangunan yang mempunyai cucu 2 orang, anak-anaknya meninggalkannya begitu saja bersama cucunya, mereka tinggal di pinggir sungai sebrang. Mendengar cerita si bapak bu Tika pun merasa iba, bu Tika meminta agar si bapak bersedia menunggu sebentar.
Bu Tika mengambil beberapa kue dalam etalase dan memberikannya kepada si bapak, si bapak pun merasa kaget diberi sekantong plastik yang berisi berbagai macam kue. “Ini pak untuk cucu-cucu Bapak,” bu tika menjulurkan kantung yang berwarna putih itu. “Tidak bu saya tidak punya uang,” Bu Tika pun Tersenyum. “Bapak tidak perlu membayar kue-kue ini semua saya ikhlas memberinya untuk bapak, walaupun tidak seberapa pak tapi semoga dapat bermanfaat bagi bapak dan cucu bapak,” si bapak pun terharu dan mengambil kantung tersebut. “Alhamdulillah bu, terimakasih banyak bu, ini sangat berguna bagi saya bu, sekali lagi terimakasih bu” si bapak pun kembali kerumahnya. Bu Tika yang menatap kepergian bapak tersebut sambil tersenyum, ia berdoa agar kue yang ia berikan tadi dapat bermanfaat bagi bapak tersebut.
Bu Tika sangat gemar bersedekah, baginya harta adalah titipan Allah semata yang kapanpun bisa diambil oleh-Nya baginya bersedekah itu tidak akan mengurangi harta melainkan melipatgandakan harta pemberian dari Allah SWT.
Waktu telah menunjukkan pukul 2 siang, Reni yang baru saja pulang dari sekolah langsung menghampiri ibunya di Toko dan bergegas menyalaminya. “Assalamualaikum bu,” sapa reni. “Waalaikumsalam Ren, udah pulang kamu nak?” reni menaruh tasnya di atas kursi. “Udah bu, tadi disekolah tidak ada kegiatan ekskul jadi reni bisa cepat pulang,” Bu Tika mengelus lembut kepala anaknya. “Oh begitu, kamu udah sholat Ren?” Reni tersenyum memamerkan giginya yang putih dan rapi. “Udah dong bu, tadi Reni sholat di mushola sekolah” bu Tika pun tersenyum. “Alhamdulillah, ingat ya Ren sesibuk apapun kita, kita tidak boleh meninggalkan sholat lima waktu, karena itu tiang agama kita Ren, coba bayangkan saja jika tiang rumah kita tidak kokoh bagaimana kita menempelkan kayu-kayu di dinding. Seperti itulah kira-kira perumpamaannya,” Reni yang memperhatikan ibunya hanya mengangguk paham atas apa yang ibunya ucapkan. Sedari kecil Reni sudah ditanamkan ilmu agama oleh ibunya, Ia selalu mengajarkan Reni untuk sholat lima waktu, membaca Al qur’an dan bersedekah. Tak lupa pula bu Tika mengajarkan Reni untuk menutup Auratnya agar terjaga dari lawan jenis.
bu Tika memperhatikan Reni yang memainkan ujung jilbab panjangnya. “Kenapa kamu Ren, ada masalah di sekolah nak?” Reni berkata sambil tersenyum sedih. “Enggak ada bu, teman-teman Reni disekolah mengejek Reni bu, mereka bilang reni pakai mukenah ke sekolah karena memakai jilbab panjang dan tebal seperti ini,” Reni menundukkan wajahnya. Bu Tika yang paham betul anaknya langsung merangkul putrinya “Reni tidak perlu sedih mendengar ucapan teman-teman Reni disekolah, karena yang dijalankan ini benar sesuai syariat nak, reni berpakaian tertutup, memakai jilbab menutupi dada, tidak memakai baju yang ketat dan yang penting tidak bergaul dengan lawan jenis. Karena kita di perintahkan oleh Allah SWT untuk menutup aurat kita, sebagaimana telah dicantumkan dalam Al-Qur’an surah An-Nur Ayat ke 31. Jadi yang Reni lakukan sudah benar, Reni gak boleh sedih lagi ya nak,” Reni kembali tersenyum. “Iya bu, Reni udah paham, sekarang sudah lega bu dan sudah gak malu lagi diledeki teman-teman di sekolah lagi” Reni pun bangkit menyambar Tasnya dan kembali ke rumah.
Matahari sudah menutup wajahnya diujung cakrawala, azan magrib berkumandang dengan indah, bu Tika dan Reni segera berangkat menuju masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah. Sepulang dari masjid bersama ibu-ibu yang lain, bu Tika dipanggil oleh bu Susi selaku ibu ketua pengajian di kampung sekitar. “Bu Tika, Bu Tika” yang dipanggil pun langsung menoleh ke belakang. “Iya bu, ada apa bu?” Bu Tika pun bercerita bahwa ibu-ibu pengajian akan mengadakan bantuan amal untuk pengungsi yang terkena musibah kebakaran di pasar inpres. Bu Reni minta tolong kepada bu Tika agar mengumpulkan beberapa baju yang layak pakai dan sembako yang dibutuhkan untuk para pengungsi. “Baiklah bu, saya akan mengumpulkan barang-barangnya, Insyaallah dalam 3 hari ini barangnya sudah terkumpul,” dan mereka pun berpisah ditengah jalan sambil melepas senyuman.
Bu Tika dan Reni menyantap hidangan malam ini dengan lahap, “Ren, mulai kapan ya kita mengumpulkan baju-baju bekas dan sembakonya?”. Reni memainkan sendoknya sambil berkata “Mulai besok aja bu kita kumpulkannya, nanti Reni minta tolong juga sama teman Reni siapa tau mereka juga mau ikutan bantu, iya bu kayaknya Reni juga punya beberapa baju yang udah kekecilan sama Reni bu tapi masih bagus kok, nanti Reni sisihkan ya bu”. Bu Tika tersenyum sambi berkata “Wah bagus kalau gitu Ren, kalau teman kamu banyak yang batu makin banyak bantuan yang kita sumbangkan, nanti baju kamu letakkan aja di ruang tamu nanti biar ibu masukkan ke dalam kardus,” kedua ibu dan anak itupun merapikan sisa piring makanan mereka dan beranjak tidur.
Keesokan harinya Reni mengumumkan kepada teman-temannya adakah yang ingin menjadi relawan untuk membantu korban bencana tersebut, sebagian dari mereka ikut berpartisipasi dan sisanya menanggapi dengan sinis. “Eh, Ren, ngapain sih kamu membantu korban itu kan udah ada pemerintah yang ngebantu ya kalau pun gak ada bantuan dari pemerintah itu resiko mereka, ngapain kita ikut campur urusan orang,” Reni tersenyum. “Masyaallah Cit, kita sebagai manusia harus saling tolong menolong itu juga yang diajarkan didalam agama kita, kalau kita membantu saudara kita menghadapi musibah kita juga akan mendapat pahala kok,” teman-teman Reni pun mengangguk setuju dengan perkataan Reni.
Sore harinya teman-teman Reni datang ke rumah untuk mengantarkan bantuan bagi korban musibah kebakaran, kardus-kardus yang berisi pakaian diletakkan Reni disamping steling kue, sembako diletakkan disudut ruangan. Bu Tika merasa terkejut melihat banyak yang ikut membantu “wah banyak sekali ya Ren, semoga ini semua dapat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan,” Reni menggandeng lengan ibunya. “Amin bu, semoga apa yang kita beri dapat bermanfaat dan terpakai,”. Kedua ibu dan anak tersebut merasa puas dengan hasil kerja mereka.
Minggu pagi bu Tika dan Reni serta ibu-ibu yang lainnya mengunjungi korban yang terkena musibah, keadaannya sangat memprihatinkan, para pengungsi tidur ditenda pengungisan yang beralaskan tikar saja. Bahan makanan yang minim serta air bersih yang kurang membuat beberapa pengungsi jatuh sakit. bu Tika dan yang lain segera membagikan sembako dan pakaian kepada para pengungsi, dari yang balita sampai lansia, mereka membantu para pengungsi dengan hati yang ikhlas dan gembira.
“Wah capek juga ya bu hari ini,” Reni menghempaskan tubuhnya diatas sofa. “Hehe iya Ren, lumayan juga hari ini, tapi ibu sangat puas dapat membantu mereka semua, ibu merasa kasihan waktu kita pertama kali datang, mereka makan seadanya saja bahkan baju saja tak punya,” bu Tika menghampiri Reni. “Iya bu, ternyata kalau kita membantu orang yang sedang membutuhkan ada kepuasan tersendiri ya bu,” bu Tika mengelus kepala Reni dan tersenyum. “Itulah nikmatnya saling membantu Ren, kita dapat merasakan apa yang mereka rasakan, toh kita sebagai manusia harus saling tolong menolong, tidak selamanya kita berada di atas ada kalanya kita diposisikan ditempat yang terpuruk,” Reni pun mengangguk paham dengan perkataan ibunya. Begitulah kita seharusnya sebagai manusia harus bersikap baik dan saling tolong menolong antar sesama.