Hits: 1350
Annisa Rahmi
Judul : Dunia Duniya
Pengarang : Dewi Sartika
Penerbit : PT.Gramedia Wiasarana Indonesia
Editor : A. Ariobimo Nusantara
Desainer kover/ilustrasi : Dyndha Hanjani Putri
Penata Isi : Novita Putri
Tebal : 183 Halaman
ISBN : 978-602-251-646-0
Kategori : Novel
Pijar, Medan. Dunia Duniya merupakan sebuah novel karya Dewi Sartika. Penulis yang pernah dinobatkan sebagai Pemenang I Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Tahun 2003 ini membuat para pecinta novel merasakan pengalaman yang digambarkan melalui tokoh anak bernama Duniya Prawidya. Duniya merupakan anak yang dijuluki sebagai “anak tahi”. Karena anak itu sangatlah bau mnyerupai tahi yang disebabkan jarang mandi dan konon ceritanya anak tersebut memakan kotorannya sendiri. Tetapi, hal tersebut hanyalah omongan semata dan tidak dapat dibuktikan bahwa anak tersebut memakan kotorannya sendiri.
Novel ini menceritakan kisah tentang anak-anak yang memiliki dunia sendiri dan mengalami kekerasan yang disebabkan oleh orang tua mereka. Duniya yang biasa disapa Niya, memiliki orangtua yang sangat kasar dan keras dalam mendidik. Niya adalah anak berusia 10 tahun dan sedang duduk di kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Tidak hanya sekolah formal, ia juga mengikuti “pesantren setengah hari”, yang biasa ia sebut sekolah agama. Pada umumnya memberikan pelajaran tentang Fiqh, Aqidah, Akhlak, dan Ilmu Al-Qur’an (Tajwid dan Tauhid). Namun Niya merasa tidak benar-benar mempelajari hal tersebut karena gurunya hanya mengajarkan cara membaca Al-Qur’an tanpa mengamalkan ilmu-ilmu tersebut. Bagi guru sekolah agamanya itu, yang terpenting adalah semua murid bisa membaca Al-Qur’an dan melek huruf Arab. Niya memiliki banyak teman di komplek perumahan tempat ia tinggal. Disana, ia berteman dengan anak-anak yang tidak biasa, seperti Sihar, Mutasor, dan Si gila.
Sejak Niya mengenal Sihar, Niya merasakan ada ketenangan dalam dirinya yang merasa terlindungi oleh sosok Sihar yang lebih dewasa darinya. Selain Sihar, Mutasor dan Si gila juga menjadi teman sepermainan Niya. Sewaktu ketika, Niya melihat keganjalan dalam perut Si gila yang semakin membesar dan dikabarkan pula bahwa Si gila hamil. Hal itu membuat Niya bingung siapa yang tega menghamili orang gila ini. Si gila hamil tanpa suami dan karena kondisinya yang kurang waras itu, tentu saja ia tidak perduli dengan keadaan perutnya yang membesar.
Suatu hari Niya mendapat kabar dari ayahnya bahwa mereka akan pindah dari komplek rumah mereka dikarenakan komplek itu akan digusur dan dijual untuk dijadikan supermarket. Mereka akan pindah ke Bandung. Niya sangat sedih meninggalkan sejuta kenangan di komplek bersama teman-temannya. Sihar pun akan pindah ke Jogja dikarenakan Ayah dan Ibunya akan berpisah karena tidak tahan dengan sikap kasar Ayahnya.
“Aku tidak begitu memahami tentang isi dunia ataupun segala macam prasangka. Mau tidak mau hatiku mulai mempertanyakan banyak hal. Mengapa hal-hal seperti itu terjdi pada kami? Mengapa kami menjadi anak-anak yang besar dengan kekerasan? Sihar ,Mutasor dan aku. Kami adalah anak-anak yang jatuh ke jurang penyiksaan, tetapi kami juga adalah anak-anak yang merindukan terang.”
Kutipan tersebut dituliskan oleh Niya, yang secara tidak langsung mengetuk pintu hati para orang dewasa khususnya para orang tua untuk cinta dan peduli dengan dunia anak.
Sebelum Sihar dan Niya berpisah mereka membuat sebuah janji:
“Duniya atas nama Tuhan, Duniya harus bertahan hidup sampai kita jumpa lagi setelah dewasa nanti”.
Setiap anak memiliki cara berpikir yang berbeda-beda. Novel ini berhasil mengetuk hati para orang tua agar tidak lagi beranggapan bahwa semua anak itu sama. Melalui kisah Duniya bersama teman-temannya, pembaca diajak menyelami kehidupan seorang anak yang tegar dan kuat dalam menghadapi kenyataan hidupnya yang penuh kekerasan. Buku ini bisa menjadi referensi bacaan untuk penikmat makna-makna kehidupan melalui literasi sastra.