Hits: 68
Olivia Sri Renata Sinulingga
“You think your life is so hard because everybody’s an idiot and you have to do everything on your own. But guess what. You can’t. No one can.” – Marisol
Pijar, Medan. A Man Called Otto merupakan film yang diadaptasi dari sebuah novel terbitan 2012 berjudul A Man Called Ove karya Fredrik Backman. Film ini menceritakan kisah seorang pria tua bernama Otto yang kehilangan arah setelah istrinya meninggal dan ingin mengakhiri hidupnya.
Film ini merupakan adaptasi kedua setelah versi Swedia A Man Called Ove yang dirilis pada 2015 lalu. Dalam versi Hollywood, Tom Hanks berperan sebagai Otto yang merupakan pemeran utama. Film yang disutradarai Marc Forster ini tayang perdana di layar lebar Indonesia pada 13 Januari 2023.
Dibuka dengan sangat apik, terlihat seorang pria tua yang sedang ingin membeli tali di sebuah toko bernama Beaver. Sejak awal film, pria tua tersebut menunjukan karakternya yang kaku. Ia tidak mau menerima bantuan dari pegawai toko tersebut untuk memotong tali yang ingin ia beli. Meskipun biasanya memotong tali menjadi pekerjaan pegawai, akan tetapi pria tua yang bernama Otto itu merasa dapat melakukannya sendiri dan justru merasa tidak senang dengan pegawai toko yang ingin mencoba membantunya.
Otto memiliki rutinitas yang tidak bisa diganggu. Ia memulai paginya dengan dibangunkan oleh sebuah beker kemudian bersiap untuk memulai kegiatan patroli di lingkungan sekitarnya. Meskipun sambil menggerutu, Otto sangatlah peduli dengan sekitarnya dengan melakukan hal yang sederhana namun bermakna.
Ia memilah sampah yang tidak pada tempatnya, memindahkan sepeda yang tidak diparkir pada tempatnya dan kesalahan-kesalahan lainnya. Kebiasaannya yang menggerutu dan mudah marah membuat orang-orang di sekitarnya kurang menyukainya.
Untuk melindungi diri dari orang-orang di sekitarnya, Otto berencana untuk bunuh diri. Namun, tetangga barunya pindah dan menggagalkan rencananya. Ia adalah Marisol (Mariana Treviño), ibu dari dua anak perempuan yang menggemaskan dan istri dari pria bernama Tommy (Manuel Garcia Rulfo).
Dengan pribadi yang cerewet dan peduli, ia memaksanya masuk ke dalam situasi yang membutuhkan empati dengan meminta Otto menjadi instruktur kemudi, meminta bantuan untuk mengasuh anaknya dan berbagai hal sepele lainnya. Pada awalnya ia merasa enggan dan terpaksa untuk membantu.
Namun, akhirnya sedikit demi sedikit Otto mulai menerima kehadiran tetangga barunya dan mulai membiarkan mereka memasuki kehidupannya. Bahkan tanpa disadari, kehadiran mereka mampu mengubah cara pandang Otto tentang hidup.
Film ini mengajarkan kita, saat melewati masa-masa sulit jangan hanya mengandalkan diri sendiri karena tak ada satupun manusia yang mampu melewati kehidupan tanpa orang lain. Biarkan orang lain membantu kita meski dengan cara terbodoh sekalipun.
Film berdurasi 126 menit ini menggarisbawahi pentingnya orang-orang di sekitar kita dan rasa memiliki. Hal-hal seperti itulah yang membuat Otto memilih untuk melanjutkan hidupnya. Menyaksikan Otto bergumul dengan saat-saat putus asa pasti akan menyentuh hati Anda. Tapi semua air mata itu sepadan. Secara keseluruhan, film ini terasa seperti pelukan hangat dari seorang sahabat.
(Redaktur Tulisan: Laura Nadapdap)