Hits: 9

Grace Kolin

Pijar, Medan. “STEM penting karena kita berada di tengah-tengah revolusi teknologi. STEM merupakan intinya. Mempromosikan pesan kunci atas pentingnya pendidikan STEM bagi anak perempuan dari Sekolah Dasar dan seterusnya adalah mendesak. Salah satu caranya dengan menunjukkan pada mereka role model perempuan dalam STEM melalui media sosial dan lainnya, mentoring, dan sebagainya. Kuncinya adalah juga membekali anak perempuan dengan peralatan untuk mengatasi tantangan atau diskriminasi yang mungkin akan mereka hadapi di setiap bidang dimana ketidaksetaraan gender masih menjadi masalah,”ujar Cordelia Selomulya, Profesor teknik pertama asal Indonesia di Universitas Monash dalam Jurnal Perempuan ke-91, halaman 163.

Sabtu (03/12), peserta yang berasal dari kalangan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mahasiswa, guru, dosen, hingga aktivis pejuang kesetaraan perempuan memperoleh buku Jurnal Perempuan edisi terbaru. Dengan mengangkat status perempuan dalam STEM (Sains, Teknologi, Engineering, Matematika) bersamaan dengan diadakannya kegiatan diskusi Pendidikan Publik mengenai JP (Jurnal Perempuan) 91. Acara yang dimulai  pukul 09.00-13.00 WIB ini bertempatkan di Ruang Seminar Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara (USU).

Diskusi ini terselenggara berkat kerjasama Jurnal Perempuan dengan Pusat Studi Wanita (PSW) USU. Dalam rangka untuk mendiskusikan Jurnal Perempuan edisi 91 “Perempuan dalam STEM” dan memberikan kesempatan untuk mendorong anak perempuan bersekolah di SMK dan bekerja di bidang STEM. Ada tiga pembicara diundang dalam memaparkan materi diskusi ini, diantaranya adalah Ir. Seri Maulina, M.Si., Ph. D. (Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara), Andi Misbahul Pratiwi, S.T (Redaksi Jurnal Perempuan dan Penulis JP 91) dan Ambarwati, S.T. (Guru SMKN 1 Jepara).

(Dari kiri), Ambarwati, S.T. (Guru SMKN 1 Jepara), Andi Misbahul Pratiwi, S.T (Redaksi Jurnal Perempuan dan Penulis JP 91) dan Ir. Seri Maulina, M.Si., Ph. D. (Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara), melayani sesi tanya jawab dari peserta diskusi Pendidikan Publik mengenai JP 91 "Status Perempuan dalam STEM" (03/12). (Fotografer : Grace Kolin)
(Dari kiri), Ambarwati, S.T. (Guru SMKN 1 Jepara), Andi Misbahul Pratiwi, S.T (Redaksi Jurnal Perempuan dan Penulis JP 91) dan Ir. Seri Maulina, M.Si., Ph. D. (Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara), melayani sesi tanya jawab dari peserta diskusi Pendidikan Publik mengenai JP 91 “Status Perempuan dalam STEM” (03/12).
(Fotografer : Grace Kolin)

“Tingginya prestasi akademik kaum perempuan yang mengikuti pendidikan di bidang berbasis STEM akan membuka peluang bagi mereka untuk berkiprah di bidang pekerjaan yang juga berbasis STEM. Jadi jangan takut, mari kita sama-sama bergelut lebih dalam teknologi. Mari kita sama-sama ikut berperan didalam proses perkembangan teknologi ini. Jadi, perempuan bisa sebagai perencana, bisa sebagai perancang dan peneliti ditambah juga dengan dukungan IT yang ada sekarang ini.” Kata Seri Maulina dalam materi yang dipaparkannya mengenai “Kesempatan bagi Perempuan dalam Pengembangan Sains dan Teknologi”.

Dilanjutkan oleh Ambarwati. Lewat pengalamannya sebagai guru SMKN di kota kelahiran R.A. Kartini, Ambarwati memaparkan minimnya jumlah perempuan yang mengambil jurusan berbasis STEM di SMKN yang dibinanya seperti jurusan Teknik Kendaraan Ringan, Nautika Kapal Penangkap Ikan, Teknik Konstruksi Batu Beton, dan Teknik Komputer dan Jaringan saat ini.

“Kadang-kadang, kita sebagai orang tua, secara sadar maupun tidak sadar sudah memberikan jalur masing-masing ke anak perempuan, jalurnya ini, ke anak laki-laki, jalurnya seperti ini. Jadi anak perempuan, mulai dari kecil, dididik dengan mainan yang khusus anak perempuan. Untuk laki-laki, misalkan, main mobil-mobilan, main pesawat-pesawatan. Dan itu ternyata menurut penelitian, sangat berpengaruh, paling berpengaruh terhadap nanti anak-anak kita ini. Terutama anak-anak perempuan kita dalam memilih dan mempelajari bidang STEM”. Ambarwati menegaskan, bahwa untuk menciptakan generasi unggul nanti, terutama untuk siswa-siswa perempuan, tidak hanya peran serta orang tua atau guru, tetapi juga memerlukan peran dari lingkungan dan masyarakat.

Senada dengan Seri dan Ambarwati, Andi Misbahul Pratiwi dalam kacamata feminis menyatakan bahwa relasi perempuan dan laki-laki itu bukan untuk saling menindas, melainkan untuk mewujudkan kerja sama dalam kesetaraan.

“Untuk yang wanita, jangan takut masuk bidang teknik, karena sangat menyenangkan. Cari informasi lebih. Kalau informasi lebih, pasti minatnya akan lebih tinggi lagi. Jadi, kuasai ICT (Information Communication and Technology) karena itu dapat membantu kita. Jadi mempermudah. Sehingga kita bisa mendapatkan keterampilan yang sama dengan yang dimiliki oleh laki-laki,” pesan Dani SofinaSibuea, salah satu perempuan dalam diskusi JP 19 yang berhasil membuktikan kemampuannya di bidang STEM, dengan menjabat sebagai Section Manager Automotive Mechatronic Traning di PT. Bintang Cosmos Medan.

Leave a comment