Hits: 51
Rizka Gusti Anggraini Sitanggang
Baramu padam, baramu padam. Lara menyala tanpa suara (Nyala Suara)
Semua yang kau rindu. Semua menjadi abu. Langkahmu tak berkawan.
Kau telah sia siakan (Sendu Melagu)
Tidak mudah membuat grup musik yang tampil eksplosif di atas panggung, melagukan lirik dan musik yang cerdas. Dari sekian banyak yang telah hadir di tanah air, Barasuara adalah salah satunya. Mereka adalah kolektif musisi dan penyanyi di luar radar yang punya keterampilan mumpuni dan sangat berkualitas.
Awal dibentuknya grup musik asal Jakarta ini, penyanyi cantik Raisa menjadi tim belakang layar sebagai produser mereka. Barasuara, kini berlayar bersama 6 anak muda dari latar belakang genre musik yang berbeda dengan para personel yang tidak asing lagi di dunia industri musik. Ya, Iga Massardi sebagai vokalis dan gitaris, TJ Kusuma sebagai gitaris, Gerald Situmorang sebagai basis, dan Marco Steffiano sebagai drummer dan dilengkapi dua penyanyi wanita pengiring, Asteriska dan Puti Chitara. Menariknya, perbedaan latar belakang musik dari setiap personel justru menjadikan Barasuara terasa begitu kaya.
Cikal bakal Barasuara sudah dipupuk sejak 2011, ketika Iga Marassadi sebagai pencetus grup musik ini, masih menjadi gitaris grup musik pop Soulvibe. Tidak hanya itu, sebelumnya Iga juga menjadi bagian dari lahirnya The Trees & The Wild. Untuk ukuran seorang Iga Marassadi, musik tidak hanya sekedar ditampilkan dan dinikmati, melainkan mampu mengisi batin lebih dalam.
“Musik kan nggak sekadar main di panggung, ditonton berapa banyak orang, elo dapat bayaran berapa, dan teknis soundelo bagus. Bukan cuma itu. Kadang-kadang butuh suatu penyampaian. Elo butuh memberi dan butuh feedback juga dari penonton, dan menurut gue itu harus sesuatu yang elo bikin sendiri”, kata Iga (dikutip dari rollingstone.co.id)
Secara garis besar aliran Barasuara mengandung unsur psychedelic, rock, folk, dan jazz. Perpaduan unsur musik yang disajikan oleh Barasuara sekaligus menjadi angin segar dan memiliki jati diri.
“Sebenarnya kami gak pernah nganggap aliran musik kami inilah-itulah. Kami membiarkan para pendengar yang menyimpulkan sendiri. Karena kami gak ingin menjebak orang dengan persepsi. Kalau kami bilang alirannya rock, ternyata ada yang bilang kalau ini gak rock. Jadi, biar para pendengar saja yang menyimpulkan sendiri”, tambah Iga dalam sebuah wawancara oleh media Ekspresi.
Hingga saat ini, Barasuara telah merambah di dunia musik tanah air selama tiga tahun dan menghadirkan 1 album. Sebuah waktu yang cukup lama untuk mengeluarkan sebuah album yang rilis tanggal 16 Oktober 2015 (versi digital), berjudul Taifun. Setelah diselenggarakannya konser tunggal pada tanggal 22 Oktober 2015, rilisan fisik album ini segera didistribusikan oleh label Demajors.
Semua lagu di album Taifun ditulis dalam bahasa Indonesia dan seluruhnya diciptakan oleh Iga Massardi. Di salah satu interview oleh sebuah media nasional, Iga Massardi mengutarakan bahwa ia ingin membuat musik yang memiliki identitas bangsanya.
Tidak hanya itu, ritmik yang upbeat dengan hentakan drum dan sentuhan suara vokal perempuan menambah nikmatnya jajaran tembang yang diusung Barasuara. Namun kekuatan terbesar Barasuara terletak pada liriknya. Lirik-lirik yang terdapat di dalam lagu-lagu Barasuara menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan memiliki makna yang sangat dalam tentang memori, semangat, dan kemerdekaan pikiran. Melalui penggunaan bahasa Indonesia yang baik, Barasuara mampu menghadirkan lirik lugas, puitis, tanpa memberi kesan melankolis.
“Karena menurut gue, lirik bahasa Indonesia punya koneksi yang ‘langsung’ ke pendengar dan band itu sendiri. Dari segi pemahaman dan respon juga, lirik Indonesia bisa lugas tanpa hambatan, ibaratnya. Dan yang paling utama gue pribadi nggak ngerasa canggung untuk menyanyikannya”, ungkap Iga Massardi.
Terdapat sembilan lagu di dalam album yang diproduseri oleh Raisa Andriana ini. Menariknya, hampir semua lagu di album ini tidak memiliki chorus. Uniknya lagi, dalam penulisan seluruh lirik, Iga Massardi mengambil sudut pandang sebagai “aku/kami” yang menunjuk pada orang kedua, yaitu “kamu”.
Kehadiran Barasuara dengan album perdana Taifun, bukan saja menarik dari segi musikalitas. Konten yang mereka bawakan menjadi magnet tersendiri. Barasuara menyuguhkan konten beragam yang memiliki makna berlapis. Seperti yang tertuang pada lagu Hagia. Dengan lirik repetitif, lagu itu membawa pesan soal keberagaman umat beragama. Isu yang selalu menjadi persoalan di Indonesia.
Kehadiran Barasuara dengan album perdana Taifun, bukan saja menarik dari segi musikalitas. Konten yang mereka bawakan menjadi magnet tersendiri. Barasuara menyuguhkan konten beragam yang memiliki makna berlapis. Seperti yang tertuang pada lagu Hagia. Dengan lirik repetitif, lagu itu membawa pesan soal keberagaman umat beragama. Isu yang selalu menjadi persoalan di Indonesia.
Di tengah kepungan grup musik dan musisi Indonesia yang berbau “luar negeri”, sebut saja boyband atau girlband berarus Hallyu atau band yang kebarat-baratan, munculnya sebuah band yang mengusung semangat nasionalis, tentu saja menawarkan angin segar di tengah hiruk pikuk belantika musik Indonesia.