Hits: 18
Antsa Zakiyatun Nufus
Judul buku : Popular Culture, Pengantar Menuju Teori Budaya Populer
Penulis : Dominic Strinati
Tahun Terbit : 2016
Ukuran Buku : 16 x 24 cm
Halaman : 360
ISBN : 9789791684774
Penerbit : Narasi-Pustaka Promethea
“Budaya populer dapat diartikan sebagai sekumpulan artefak yang ada pada umumnya seperti film, kaset, pakaian, acara TV, alat transportasi dan sebagainya,” (Hebdige, 1988:47). Sedangkan budaya populer bagi para kritikus budaya massa dapat didefinisikan sebagai budaya rakyat di dalam masyarakat pra-industri atau budaya massa dalam masyarakat industri. Buku ini merupakan terjemahan dari buku berjudul Popular Culture, An Introduction to Theories of Popular Culture tahun 1995 yang juga ditulis oleh Dominic Strinati.
Buku ini akan mengajak kita untuk mengenal teori-teori maupun perspektif budaya populer secara gamblang dan mudah dipahami bagi para pemula. Dengan bahasa dan cara penyampaian yang runtut, buku ini dapat membantu pembaca memahami budaya populer secara mendalam dan bisa menjadi referensi untuk mengkaji budaya populer dalam berbagai konteks. Saat membaca buku ini, pembaca akan diajak menelusuri beragam perspektif mengenai budaya populer yang tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari, seperti film, buku, musik dan artefak lainnya.
Salah satu bahasan yang menarik dalam buku ini adalah gagasan dari Theodore W. Adorno dan Walter Benjamin. Gagasan kedua tokoh ini sangat bertolak belakang, di satu sisi Adorno melihat budaya populer dari kacamata negatif, sedangkan di sisi lain Benjamin berusaha melihat budaya populer dari kacamata positif. Dengan teori dan perspektif budaya populer yang dibahas dalam buku ini, pembaca akan menyadari bahwa kehidupan kita selama ini tidak lepas dari budaya populer, karena budaya populer adalah bagian dari kehidupan kita.
Pada bab selanjutnya, ia menguraikan satu demi satu berbagai teori tentang budaya pop. Teori-teori ini diambil dari Sekolah Frankfurt (yang pertama kali mempersoalkan masalah pop), tradisi filsafat analitik (strukturalisme), Marxisme (ekonomi-politik), feminisme dan posmodernisme. Teori-teori tersebut dipilih untuk dibahas dalam pengertian asumsi maupun argumen yang berkenaan dengan bagaimana caranya menerangkan dan mengevaluasi budaya populer. Dengan demikian, buku ini tidak dimaksudkan untuk memberikan suatu sejarah internal kajian budaya populer, tapi berusaha menakar teori yang dibahas dalam kerangkanya sendiri, sebagai cara untuk menjelaskan budaya populer.
Teori yang dibahas dalam buku ini dipilih dengan sejumlah alasan. Pertama, teori tersebut secara langsung terkait dengan analisis dan evaluasi budaya populer. Marxisme dan feminisme misalnya sebagai salah satu teori dalam buku ini akan dibahas dalam kerangka apa yang disampaikan soal budaya populer. Sedangkan, teori lain yang tidak relevan, tidak dibahas jika tidak mengamati budaya populer secara langsung, seperti varian-varian posmodernisme dan pos strukturalisme tidak mengarahkan perhatiannya secara langsung terhadap budaya populer sehingga tidak dibahas secara eksplisit, melainkan hanya keterkaitannya dengan budaya populer. Kedua, teori yang dibahas dalam buku ini telah memainkan suatu peranan penting dalam membentuk perdebatan atas interpretasi budaya populer. Ketiga, teori-teori yang dibahas cenderung bersentuhan secara langsung dengan budaya populer dan bukannya dengan media massa. Misalnya varian ekonomi politik teori Marxis, juga berhubungan dengan usaha menjelaskan peranan media massa dengan usaha menginterpretasikan budaya populer.
Selain itu, pembaca perlu mengetahui bahwa perkembangan kajian budaya populer didasarkan pada kontribusi dari sejumlah disiplin ilmu, seperti kesusastraan, kritik sastra, sejarah dan psikoanalisis, maupun sosiologi. Oleh karena itu, buku ini berusaha menekankan pada arti penting berbagai pendekatan sosiologis terhadap kajian budaya populer. Meskipun buku ini berusaha menggambarkan dan mengkritisi sejumlah teori utama budaya populer, buku ini tidak ditulis sebagai sebuah sejarah kajian budaya populer. Dengan begitu, saat membaca buku ini, pembaca tidak akan merasa seperti mendengarkan sebuah ceramah, namun pembaca justru diajak untuk berdiskusi melalui buku ini.