Hits: 234

Lucky Andriansyah

 

Judul buku             : Re

Penulis                   : Maman Suherman

Terbit                     : April 2014

Ukuran buku         : 13 x 20 cm

ISBN                     : 978-979-91-0702-2

Penerbit                 : POP (Inprint KPG)

Novel Re bukan novel pertama buat Kang Maman. Ini adalah novel ke empatnya setelah tiga novel sebelumnya telah terbit. Sebut Saja Ada Matahari (2012), Bokis 1: Kisah Gelap Dunia Seleb (2012), dan Bokis 2: Potret Para Pesohor (2013). Kang Maman bukan hanya seorang “pemulung kata-kata”, tetapi kreator ulung.

“Panggil aku: Re”

“Pekerjaanku : Pelacur!”

“Tepatnya pelacur: Lesbian!”

 

Demikian sebagian cuplikan dari tulisan di kover belakang novel Re, yang diluncurkan pada Sabtu 3 Mei 2014 di sebuah resto di Kebayoran Baru Jakarta-Selatan. Buku ini diangkat dari skripsi Maman Suherman tahun 1987 tapi diperbarui datanya di tahun 2013. Proses pembuatan skripsi yang kemudian difiksikan, gampang-gampang susah. Karena ketika skripsi diterima dan penerbit setuju menerbitkan dalam bentuk fiksi, Maman Suherman, justru terdiam tak tahu harus bagaimana. Inilah yang mendorongnya menyusuri kembali perjalanananya saat menyusun skripsi. Menurut Maman serasa napak tilas, menyusuri jalan yang dilalui, puluhan tahun lalu. Seharusnya tak perlu terkejut tapi kenyataan yang didapati Maman tetap saja mengejutkan. Kenyataan di lapangan, faktanya tidak berubah. Pelacuran tetap menjadi komoditas bisnis.

Buku dengan 161 halaman ini sangat menarik. Isinya bukan hanya cerita tentang lika-liku dunia gelap prostitusi (khususnya prostitusi lesbian) di Jakarta tapi tentang perjuangan hidup anak manusia yang tenggelam dalam dunia gelap itu. Ceritanya juga bukan sekadar cerita tentang dunia gelap itu, tapi tentang ragam perasaan dan cerita humanis dari para pelakunya.

Re: memberi gambaran yang gamblang bagaimana peran batin yang kerap hadir dari para pelaku bisnis prostitusi itu, utamanya mereka yang berada di bagian depan sebagai pekerja. Mereka adalah manusia juga, yang punya perasaan sama seperti kita. Salah satunya adalah perasaan malu seperti yang tertulis di kalimat pembuka di atas. Bedanya, mereka kadang tidak punya kuasa untuk melawan dan keluar dari jeratan yang mengekang mereka. Ada mucikari, ada body guard dan ada sistem yang tak sanggup mereka lawan hingga kemudian mereka hanya bisa pasrah menjalani semuanya.

Membaca Re: seperti membaca realitas manusia yang kadang dengan pongahnya kita hakimi sebagai manusia hina. Membaca Re: seperti membuka sebuah lembaran buku yang selama ini hanya kita nilai dari sampulnya saja, hingga akhirnya kita sampai pada kalimat: ternyata mereka juga manusia.

Selain isu pemerasan dalam kepelacuran lesbian sebagai tema utama novel ini, sedikit disinggung juga tentang dunia jurnalis Indonesia dan dunia hiburan-politik Indonesia yang tak jauh dari dunia prostitusi. Salah satu yang juga paling melekat yaitu tentang bagaimana kekuatan media yang mampu menggiring opini masyarakat. Analisis seorang Kang Maman tentang pelacur yang menjadi korban pembunuhan atau perempuan korban perkosaan, apakah seorang korban atau bahkan bisa menjadi pelaku?

“Andai Re: mendapat perlakuan kasar, kekerasan, seperti yang pernah dialaminya, dan ia terluka atau meninggal di kamar itu, apakah Re: bisa tetap diposisikan murni sebagai korban? Ataukah ia ikut dipersalahkan?”(Kutipan dalam novel Re).

Novel tipis tapi padat. Sangat apik diceritakan dengan gaya analisis dan investigasi yang menarik. Pilihan yang tepat untuk pembaca yang ingin membaca feature yang menawan.Buku ini memang dikategorikan ke dalam karya fiksi, tapi sebagian besar isinya diangkat dari kisah nyata. Bahkan nama tokoh dan tempat tidak disamarkan oleh penulis.

Dibalik kelihaian tulisan Kang Maman dalam mendobrak dunia prostitusi itu, novel ini menghadirkan pemaparan dengan bahasa yang terlalu vulgar sehingga tidak sembarangan orang yang dapat dikatakan “boleh membaca” novel ini.Salah satu kekurangan lainnya dari novel ini adalah salah tulis atau dikenal dengan istilah typo pada beberapa bab bisa menjadi salah penafsiran makna. Diharapkan untuk novel dewasa seperti ini harus ada editor yang benar-benar mengoreksi secara detail dan keseluruhan.

 

Leave a comment