Hits: 28

Cintya Novi Yanti / Hana Anggie Sachari Pasaribu

Pijar, Medan. Hari Televisi Sedunia atau World Television Day diperingati setiap tanggal 21 November, sebagai bentuk apresiasi terhadap perkembangan dan dampak televisi dari masa ke masa. Peringatan ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1996 di Uni Soviet, oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengakui peran penting televisi dalam menyebarkan informasi, melalui berita-berita yang mendidik dan menarik perhatian masyarakat.

Televisi pertama kali diciptakan oleh John Logie Baird pada tahun 1925, yang saat itu hanya menampilkan rekaman video dan audio. Pada tahun 1930-an, televisi mulai dipasarkan di Britania Raya dalam bentuk penerima radio, dilengkapi dengan komponen seperti tabung neon, menghasilkan gambar kemerahan berukuran besar.

Awalnya, televisi hanya menampilkan gambar hitam-putih. Namun, pada tahun 1960-an, televisi mulai mengalami perkembangan pesat dengan tayangan berwarna yang memiliki kualitas lebih baik, memberikan pengalaman menonton yang lebih menyenangkan.

Perkembangan pesat televisi mendorong berdirinya stasiun-stasiun televisi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Menurut Kompas.com, sejarah televisi di Indonesia dimulai pada 24 Agustus 1962, dengan peluncuran stasiun televisi pertama, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI), yang menayangkan siaran perdana Asian Games ke-4. Seiring berjalannya waktu, pemerintah juga memberikan izin untuk pembentukan televisi swasta, seperti Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), yang mulai mengudara pada 24 Agustus 1989.

Kemajuannya yang pesat menyebabkan relevansi televisi di masa kini terus mengalami inovasi, seperti pengembangan transisi gambar ke format HD dan 4K, serta peningkatan kualitas produksi yang lebih tinggi.

Hari Televisi Sedunia dan Relevansi Televisi di Era Serba Digital - www.mediapijar.com
Platform seperti TikTok kini lebih disukai daripada TV karena bersifat portabel.
(Fotografer: Hana Anggie Sachari Pasaribu )

Mengutip dari laman kominfo.go.id, siaran televisi kini beralih dari sistem analog ke digital, menunjukkan bahwa televisi tetap relevan di era modern. Pada penyiaran digital, penonton dapat menikmati fasilitas baru, seperti mengetahui jadwal acara yang akan ditayangkan, serta mengakses berbagai program saluran dengan lebih mudah.

Namun, perkembangan teknologi informasi yang juga pesat membawa tantangan bagi industri televisi. Salah satunya yaitu, meningkatnya penggunaan layanan streaming dengan aplikasi digital melalui ponsel. Banyak masyarakat, terutama generasi muda, kini lebih memilih menggunakan media sosial, seperti YouTube dan TikTok untuk mendapatkan informasi. Akibatnya, jumlah pemirsa televisi, khususnya di kalangan anak muda, mengalami penurunan. Melansir dari antaranews.com, penonton televisi berkurang sebanyak 8% per tahunnya.

“Setiap tahun penonton televisi menurun, dalam kurun waktu tiga tahun ini saja, jumlah penurunan jika dihitung ada sekitar 8% setiap tahunnya,” ungkap Iman Brotoseno, Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik TVRI.

Ia juga berkata bahwa eksistensi televisi menjadi terancam akibat kurangnya minat masyarakat terhadap sumber informasi satu ini.

“Suatu saat sekitar 10 hingga 20 tahun ke depan, besar kemungkinan masyarakat tidak ada lagi yang menonton melalui televisi,” tambahnya.

Masyarakat terutama generasi muda, harus mampu mempertahankan keberadaan televisi, serta bijak dalam menerima berbagai bentuk informasi dan program acara, agar tidak mudah terpengaruh berita hoaks. Dengan demikian, televisi sebagai sumber informasi, edukasi, dan hiburan tetap dapat bertahan di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital. Hari Televisi Sedunia menjadi simbol bahwa televisi telah berperan besar dalam mengedukasi dan mengibur masyarakat.

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment