Hits: 23
Ferdi Rakiven Sianturi / Dicky Wahyudi
Pijar, Medan. Tim nasional (timnas) Indonesia kini tengah menjadi perbincangan hangat. Hal ini dikarenakan perolehan prestasi yang didapatkan oleh timnas Indonesia, dengan berhasil melaju ke putaran ketiga kualifikasi piala dunia 2026 dan yang tak kalah membanggakan, timnas Indonesia berhasil menahan imbang dua tim langganan piala dunia, yakni Arab Saudi dan Australia dengan skor 1-1 dan 0-0.
Prestasi yang ditorehkan saat ini tak lepas dari sang juru taktik pelatih timnas Indonesia, yaitu Shin Tae Yong. Racikan dari sang pelatih yang melakukan program naturalisasi kepada pemain keturunan Indonesia ini membuat timnas Indonesia sekarang mayoritas dihuni oleh para pemain naturalisasi dibanding para pemain lokal.
Naturalisasi tersebut terjadi atas permintaan dari pelatih timnas Indonesia Shin Tae Yong. Baginya, timnas harus memiliki skill dan kualitas yang mumpuni. Hal tersebut ia dapatkan dari para pemain naturalisasi yang dinilai memiliki kelebihan dibanding pemain lokal.
Melihat banyaknya pemain naturalisasi di timnas menimbulkan polemik baru dalam perdebatan persepakbolaan tanah air. Tidak sedikit yang menolak adanya pemain naturalisasi di timnas Indonesia, karena menurut mereka hal tesebut dapat mematikan karier para pemain lokal yang ingin bermain di timnas Indonesia.
Perdebatan ini bahkan sampai dibahas dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Seorang anggota komisi X DPR RI Nuroji mengkritik program naturalisasi yang dibuat oleh PSSI, dalam rapat kerja komisi X DPR RI saat membahas proses naturalisasi Mees Hilgers dan Eliano Reijnders pada Selasa (17/9/2024).
Pada rapat tersebut, Nuroji mengatakan bahwa ia sangat senang dengan prestasi timnas. Namun, ia merasa kurang bangga atas pencapaian tersebut karena pemain timnas Indonesia mayoritas naturalisasi. Ia juga menekankan kepada PSSI agar tidak terus menerus melakukan naturalisasi pemain, tetapi fokus meningkatkan pembinaan pemain lokal dan pengembangan timnas yang kuat.
Tidak hanya dari pejabat, bahkan baru-baru ini juga banyak tersebar di media sosial, sebuah spanduk yang dibentangkan di jalanan Jakarta bertuliskan, “Naturalisasi bukan kami, kami anak kampung sini (Akamsi), masyarakat sepak bola Indonesia (MSBI)” yang dibuat sebagai bentuk penolakan terhadap para pemain naturalisasi di timnas Indonesia.
Banyaknya penolakan yang muncul, apakah timnas telah kehilangan identitas sebagai timnas Indonesia dan menjadi timnas naturalisasi? Jawabannya tentu tidak. Walaupun banyak dihuni oleh pemain naturalisasi, masih banyak juga pemain lokal yang dibawa oleh timnas Indonesia untuk ikut bertanding, bahkan beberapa ada yang dipasang sebagai starting line up di timnas.
Perlu diketahui, bahwa pemain-pemain yang di naturalisasi oleh PSSI bukanlah pemain-pemain sembarangan. Mereka semua adalah pemain keturunan yang memiliki darah Indonesia Oleh karena itu, Indonesia tidak kehilangan identitas sebagai timnas Indonesia, karena mereka juga adalah orang Indonesia yang memiliki hak membela timnas Indonesia.
Para pemain naturalisasi juga memiki kualitas yang tidak main-main. Rata-rata mereka adalah pemain utama di masing-masing klub yang mereka bela, hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kualitas sebagai pamain sepak bola. Terbukti dari efektifitas yang diberikan kepada timnas Indonesia, mulai dari lolos Piala Asia, lolos ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia, dan peringkat timnas Indonesia yang naik secara signifikan ke angka 129.
Naturalisasi dapat dijadikan pilihan jangka pendek timnas Inndonesia dalam menorehkan prestasi di kancah internasional. Sedangkan untuk jangka panjang, sepak bola tanah air tetap memerlukan program yang membina generasi muda negara ini untuk dapat bersaing secara kualitas skill mereka dengan para pemain naturalisasi, agar kesempatan yang dimiliki menjadi seimbang.
(Redaktur Tulisan: Hana Anggie)