Hits: 39
Stella Regina Christy
Pijar, Medan. Pers Mahasiswa Akademika Universitas Udayana kembali menyelenggarakan Seminar Nasional Bali Journalist Week 2024 dengan tema “Menilik Implementasi Pariwisata Berkelanjutan, Sudahkah Berdamai dengan Lingkungan?” Seminar yang berlangsung pada Jumat (13/9/24) pukul 09.00 WITA ini diadakan secara daring melalui aplikasi Zoom.
Seminar dipandu oleh Ni Luh Kadek Puspita Sari dan menghadirkan dua sosok inspiratif sebagai narasumber. Agung Wardana, seorang akademisi di Departemen Hukum Lingkungan Universitas Gadjah Mada dan Rofiqi Hasan yang merupakan Jurnalis Lingkungan dari Society of Indonesian Environmental Journalists.
(Sumber Foto: Stella Regina Christy)
Pemaparan materi oleh Agung Wardana membahas pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism dan lingkungan di Bali. Agung menjelaskan bahwa maksud dari istilah tersebut adalah sebagai pemenuhan kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang.
“Kita perlu melakukan tiga jenis konservasi: konservasi kualitas, yakni menjaga agar kualitas lingkungan yang kita miliki saat ini bisa diwariskan dengan kondisi minimal sama, meskipun belum sempurna; konservasi kuantitas, memastikan keanekaragaman hayati tetap terjaga, sehingga spesies yang ada tidak punah demi kebutuhan generasi sekarang; dan konservasi akses, agar ruang publik seperti pantai dan alam terbuka lainnya bisa dinikmati oleh generasi mendatang tanpa menjadi area privat akibat investasi pariwisata,” jelas Agung.
Agung berkesimpulan bahwa pariwisata Bali saat ini merupakan industri yang tidak berkelanjutan. Krisis sosial dan lingkungan di Bali dipicu oleh ekspansi industri pariwisata yang didorong oleh kepentingan ekonomi berlebihan dan keterlibatan elit lokal yang memperdalam ketergantungan Bali pada sektor pariwisata yang rentan terhadap faktor internal dan eksternal.
(Sumber Foto: Stella Regina Christy)
Selanjutnya, Rofiqi Hasan membahas sustainable tourism dengan menjelaskan empat pilar utama yang difokuskan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) atau Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf). Pilar-pilar tersebut meliputi pengelolaan berkelanjutan dari segi sosial dan ekonomi untuk jangka panjang, pelestarian budaya (sustainable culture) yang harus terus dikembangkan, serta keberlanjutan lingkungan (environment sustainability).
Rofiqi juga menekankan bahwa jurnalis memegang peranan kunci dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Dengan adanya agenda untuk mencegah krisis iklim akibat perubahan iklim, jurnalis dapat membantu menyoroti isu-isu lingkungan dan tuntutan wisatawan yang semakin jelas didorong oleh kekuatan media sosial.
“Peran wartawan jangan sampai hanya menjadi alat promosi yang menampilkan hal-hal positif saja, sementara problem yang dihadapi masyarakat untuk keberlangsungan pariwisatanya tidak terungkap pada publik dan tidak ada penyelesaiannya,” ujarnya
Setelah sesi diskusi yang interaktif, acara ditutup dengan post-test yang diikuti oleh peserta untuk menguji pemahaman materi, serta sesi dokumentasi bersama seluruh peserta seminar.
(Redaktur Tulisan: Kelly Kidman Salim)
