Hits: 16
Alya Ridzki Nazahwa
Pijar, Medan. Film Society of The Snow telah menarik perhatian sejak dirilis secara luas pada 4 Januari 2024 di Netflix. Disutradarai oleh J. A. Bayona, film ini mengangkat kisah tragis kecelakaan Penerbangan Angkatan Udara Uruguay 571 di pegunungan Andes pada tahun 1972.
Karya ini diadaptasi dari buku non-fiksi karya Pablo Vierci yang memberikan sudut pandang baru tentang kecelakaan tersebut. Dari pemain klub rugbi yang hendak menghadiri pertandingan di Chili hingga kisah untuk mempertahankan semangat bertahan hidup.
Menghadirkan pelajaran mendalam tentang ketangguhan manusia dan tekad untuk bertahan, Society of The Snow tidak hanya sekedar menghibur, tetapi juga menginspirasi penontonnya. Anda akan diajak untuk merenung tentang nilai kehidupan, keberanian, dan pengorbanan.
Beralih dari sudut pandang yang umumnya diceritakan, film ini mengisahkan peristiwa tragis tersebut melalui lensa yang berbeda. Penggambaran tersebut membawa keunikan tersendiri yang berhasil membawa penonton merasakan perspektif baru dari tragedi itu.
Dalam adaptasi baru ini, perjuangan Roberto Canessa dan Nando Parrado tetap menjadi elemen penting dalam alur cerita. Namun, kali ini Anda akan menyaksikannya dari mata Numa Turcatti yang diperankan oleh Enzo Vogrinvic, salah satu dari 29 penumpang yang selamat dari kecelakaan awal.
Film yang berdasarkan pada kisah nyata ini bukan hanya tentang kecelakaan yang melibatkan Klub Rugbi Old Christians dari Montevideo, Uruguay. Perjuangan mereka yang selamat dari kecelakaan untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang sangat ekstrem juga mendapat sorotan.
Dihadapkan dengan berbagai rintangan, seperti kelaparan, suhu di bawah titik beku, dan badai salju, para penyintas harus saling bekerja sama. Berkat latihan selama berada di tim rugbi, mereka dapat membangun solidaritas yang kuat dengan sesama.
Pentingnya semangat dan harapan dalam situasi putus asa tercermin melalui peran Numa. Ia menjadi pilar kekuatan bagi mereka yang hampir menyerah. Di tengah ketidakpastian dan kesulitan, Numa terus menginspirasi penyintas lainnya untuk tidak menyerah dan tetap berjuang. Dari perspektif Numa, penonton diajak untuk merasakan setiap kesulitan dan keputusasaan yang mereka alami. Namun, ia juga memperlihatkan kilatan harapan dan kekuatan dalam diri manusia.
Dalam perjalanan panjang mereka selama 72 hari, para penyintas mengalami penderitaan yang tidak terbayangkan. Segala jerih payah yang mereka lakukan akhirnya mendapatkan hasil ketika dua penyintas melakukan ekspedisi menyusuri pegunungan Andes hingga mendapatkan pertolongan.
Berita keajaiban keselamatan mereka tersebar ke seluruh dunia, menjadi bukti akan ketangguhan dan kegigihan manusia di situasi paling ekstrem. Peristiwa ini mendapatkan perhatian khusus bagi masyarakat pada saat itu.
Kualitas realistis film ini bukan hanya terletak pada narasi yang kuat dari Numa, tetapi juga dalam pengambilan gambar yang memukau. Beberapa adegan diambil di lokasi asli kecelakaan pesawat tersebut, Valley of Tears. Melalui pengalaman tersebut, pemeran dan kru dapat merasakan sensasi yang sama dengan para penyintas.
Film ini memperlihatkan dedikasi yang luar biasa untuk menghadirkan pengalaman yang terasa nyata bagi penonton. Bahkan beberapa penyintas dan keluarga korban asli ikut berpartisipasi dalam produksi film ini, memberikan dimensi tambahan pada narasi yang membuat film ini menarik untuk ditonton.
Produk film Society of The Snow mencapai keberhasilan yang tercermin dari dua nominasi Piala Oscar 2024 yang berhasil diraihnya, yaitu untuk Film Fitur Internasional Terbaik dan Tata Rias dan Rambut Terbaik. Hal ini semakin menegaskan bahwa film ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebuah karya seni yang patut diapresiasi.
Dengan semua elemen yang menyentuh dan menginspirasi, Society of The Snow layak untuk ditonton. Kisah nyata yang memilukan, tetapi penuh harapan. Film ini mengajarkan kita tentang kekuatan manusia dalam menghadapi cobaan terberat sekalipun.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)