Hits: 10
Lainatus Syifa Hasibuan
Pijar, Medan. Tak terasa Hari Raya Idul Fitri telah tertinggal jauh. Hari Lebaran yang sebelumnya kita tunggu sekarang telah kita lewati. Suasana Lebaran sedikit demi sedikit mulai memudar. Jika minggu sebelumnya masyarakat berbondong-bondong mudik ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran, kali ini satu persatu mulai kembali ke kota untuk beraktivitas seperti biasa.
Lebaran menjadi momen yang sangat berharga dan membahagiakan. Lewat momen inilah setiap anggota keluarga nun jauh di sana kembali utuh dan bersatu dengan saling bersanda gurau serta bernostalgia.
Pada momen lebaran inilah banyak kerinduan dan kegembiraan terlampiaskan. Seperti seorang ibu yang akhirnya dapat bertukar dekap kembali dengan anak-anaknya, kakak dan adik yang saling melempar canda, serta para cucu yang berceloteh ria berlomba menceritakan kisah mereka pada kakek dan neneknya.
Lebaran juga menjadi ajang saling berlomba memasak, berebut rendang, menyantap ketupat, dan tak lupa saling bersyukur serta mengucap maaf. Melepas rindu yang sudah lama terbendung, dan bersilaturahmi. Semua merasa dirayakan.
Tentu akan terasa sangat sedih ketika kebersamaan selama lebaran harus berakhir karena rutinitas kehidupan yang memaksa untuk kembali berada jauh dari keluarga di rumah. Kehidupan perkuliahan yang dialami oleh mahasiswa hingga tuntutan pekerjaan yang dihadapi oleh pekerja menjadi alasan untuk kembali merantau.
Semua itu mengharuskan kita untuk kembali lagi ke dunia yang serba dinamis dan penuh tantangan. Kita harus menunggu dan menghitung puluhan bahkan ratusan hari lagi untuk merasakan hangatnya kebersamaan serta kekeluragaan selama hari lebaran.
Perasaan sedih dan hampa tak hanya dirasakan oleh kita yang pergi, tetapi juga mereka yang ditinggalkan. Rumah yang sebelumnya ramai oleh anak, cucu, menantu, hingga saudara-saudara yang mudik kini kembali sepi. Jika saat Lebaran rumah dipenuhi keluarga besar yang saling membanggakan baju barunya dan berebut Tunjangan Hari Raya (THR) sembari tertawa maka setelah Lebaran usai dan semuanya pergi, rumah pun benar-benar menjadi sepi.
Setiap sudut rumah tampak kehilangan aura hangatnya. Halaman rumah kosong. Tak ada lagi keceriaan dan keramaian keluarga yang saling mengobrol sambil menyantap makanan. Meja makan kosong, tak ada lagi suara dentingan sendok dan piring yang beradu. Sebaliknya, yang ditinggalkan justru kembalinya perasaan sepi dan sendiri. Ramai itu seakan ditarik menjauh menjadi hampa. Rindu kembali hadir mengundang tangis karena tak mau ditinggalkan dan tak rela meninggalkan.
Berkenaan dengan meredupnya euforia Lebaran, muncullah istilah “Kehidupan Setelah Lebaran” atau “Life After Lebaran“. Momen berakhirnya lebaran ini menjadi sebuah tren yang viral di aplikasi TikTok. Di mana banyak pengguna aplikasi tersebut yang menunjukkan suasana maupun kondisi sebelum (before) dan sesudah (after) Lebaran.
Banyak dari mereka yang mengeluhkan kenyataan untuk harus kembali bekerja dan bersekolah, merasa sedih karena berpisah dengan orang tua dan saudara, serta merasa hampa saat ditinggalkan sanak keluarga. Namun, ada juga yang menuturkan bahwa Life Ater Lebaran ini menjadi momen yang tepat untuk kita membuat resolusi hidup yang lebih baik dan meraih pencapaian-pencapaian yang lebih tinggi, baik dalam hal duniawi maupun akhirat lewat ibadah.
Tak kalah pentingnya, Life After Lebaran juga menjadi momen memperbanyak rasa syukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan. Melalui tren ini, kita memahami bahwa perayaan Idul Fitri tidak hanya sekadar berbagi kebahagiaan dengan sesama, tetapi juga mensyukuri segala sesuatu yang dimiliki dan meminta maaf atas segala kesalahan yang diperbuat.
Karena dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita terlalu sibuk dengan kekhawatiran dan keinginan yang kadang menimbulkan salah maupun keegoisan hingga membuat kita lupa akan nikmat yang telah dianugerahkan bagi kita. Oleh karena itu, jadikan momen setelah lebaran ini sebagai waktu yang tepat untuk merenung dan mensyukuri berbagai nikmat yang telah diterima. Dengan rasa syukur tersebut, kita pun menjadi lebih bahagia dalam menjalani kehidupan setelah lebaran.
Setelah perayaan Idul Fitri yang indah ini, semoga kita semua meraih kesuksesan dan keberkahan dalam setiap langkah perjalanan kita.
(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)