Hits: 23

Lowla Santa Claudia Manurung

“Kita tidak bisa membayangkan bagaimana sebuah kegagalan bisa mengguncangkan jiwa dan raga seseorang. Pahit, perih, sakit. Padahal, kegagalan itu ternyata sebuah proses yang membuat kita menemukan kebahagiaan yang kita inginkan.” — Abdillah F. Hasan, Gagal yang Membahagiakan

Pijar, Medan. Apa yang kita pikirkan saat mengalami kegagalan dalam hidup? Sedih, kecewa, kesal, dan beragam perasaan akan campur aduk kita alami. Namun, benarkah setiap kegagalan akan berakhir buruk? Ternyata tidak.

Gagal yang Membahagiakan merupakan sebuah buku karya Abdillah F. Hasan yang rilis pada 2023 lalu. Buku berisikan 182 halaman ini mengulik bagaimana kita bisa menemukan kebahagiaan dalam sebuah kegagalan. Kita akan melihat konsep kebahagiaan baru yang berbeda dari apa yang telah masyarakat tetapkan.

Kita sering kali menetapkan konsep kebahagiaan melalui parameter duniawi. Harus punya mobil, rumah, pekerjaan yang baik, tanah yang luas, dan beragam lainnya. Jika tidak memiliki hal-hal duniawi seperti itu maka kita tidak akan bahagia dalam kehidupan.

Buku ini berisikan beragam cerita dari orang-orang di dunia tentang bagaimana hal-hal duniawi tidak membuat mereka bahagia. Penyampaian cerita yang sederhana dan mudah dimengerti merupakan hal yang saya sukai dari buku ini. Jika kamu tidak suka buku yang isinya berat, maka buku ini cocok untuk kamu baca. Kata-kata motivasi yang selalu disisipkan juga menjadi daya tarik tersendiri dari buku ini.

Melalui buku Gagal yang Membahagiakan, kita akan melihat betapa sederhananya menemukan kebahagiaan di dunia. Kegagalan yang dialami tidak semata-mata akan membuat kehidupan menjadi hancur. Coba kita ulik lebih dalam bagaimana sebuah kegagalan akan membawa kita menuju keberhasilan. Buku ini mengajarkan bagaimana seharusnya kita melihat kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan.

“Kita perlu memahami jika setiap kejadian, baik yang menyenangkan atau tidak, telah digariskan oleh Sang Pencipta. Bisa jadi perlakuan buruk orang lain akan membawa hikmah besar di kemudian hari agar kita menjadi pribadi yang lebih baik. Bukankah banyak orang yang tersakiti menjadi pribadi penuh semangat dan bangkit menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari orang yang menyakitinya?” – halaman 117

Ternyata kesederhanaan adalah indikator yang dapat membuat bahagia. Tidak perlu mengejar kenikmatan duniawi, asal kita bisa mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan, maka kebahagiaan akan didapatkan. Kita sering kali pusing memikirkan bagaimana ucapan dan pendapat orang lain tentang kehidupan yang kita miliki. Segala cara dilakukan agar mempunyai hidup sesuai dengan apa yang orang lain ucapkan.

Perilaku seperti itulah yang membuat kita tidak bahagia. Tidak pernah mensyukuri apa yang telah ada dan berusaha memiliki hidup sesuai standar kebahagiaan masyarakat. Kita dianugerahi hati dan pikiran oleh Sang Pencipta dan kita pula yang menentukan bagaimana hati, serta pikiran tersebut akan kita gunakan.

“Kerumitan-kerumitan hidup sejatinya bukan sulap yang menakjubkan. Kita sendirilah yang membuatnya rumit. Awalnya berjalan biasa saja, tapi ketika kelakuan kita makin minggir ke sana kemari dan belum tersadar akan kekeliruan yang kita lakukan, yakinlah petaka dan derita sedang menanti. Namun, jika kita menjalani hidup dengan normal, taat agama, tidak ambisius dan gengsi, yakinlah jalan terbentang meraih kebahagiaan akan selalu kita temukan.” – halaman 49

Gagal yang Membahagiakan merupakan buku yang cocok dibaca untuk setiap kalangan. Saat kesulitan dalam kehidupan dan merasa bahwa tidak ada kebahagiaan dalam hidup, maka melalui buku ini kamu akan menemukan perspektif baru dalam melihat kebahagiaan. Satu hal penting yang ingin buku ini ajarkan, yakni bagaimana sebuah kegagalan tidak selalu berakhir buruk, bisa saja kegagalan adalah sebuah keberhasilan yang tertunda.

(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)

Leave a comment