Hits: 36

Reny Elyna

Pijar, Medan. Remotivi, pusat kajian media dan komunikasi, menyelenggarakan diskusi publik yang berjudul “Politik Entertainment: Bagaimana Media Mengobiektifikasi Gen-Z”. Acara ini bertujuan menjadi wadah untuk menyoroti dan mengulik perkembangan berita non-substantial selama masa politik dan mendalami peran media di musim politik. Diskusi Publik dilaksanakan pada Rabu (07/02/24).

Kegiatan diskusi publik ini melibatkan narasumber ternama seperti Arifin Al Alamudi, Jurnalis IDN Times; Haris Wijaya, Dosen Komunikasi USU; Dana, Pemilih Pemula; dan Gray, Relawan Remotivi.

Pemilu 2024 menandai pergeseran dramatis dalam pola pemberitaan politik, khususnya di media digital. Dalam era ini, informasi politik tidak hanya merajai platform-platform daring, tetapi juga terpampang dalam berbagai format yang cenderung bersifat negatif.

Sebagai pemantik, Gray menjelaskan bahwa saat ini pemberitaan pemilu dalam media semakin cenderung dijadikan hiburan semata dan kurang mendalam secara substansial. Fenomena ini memicu dampak negatif berupa polarisasi di kalangan masyarakat.

Trend ini menunjukkan perlunya refleksi kritis terhadap bagaimana media mengelola pemberitaan politik dan peranannya dalam membentuk persepsi publik,” ujarnya.

Mengupas 'Politik Entertainment' dan Objektifikasi Gen-Z dalam Diskusi Publik Remotivi - www.mediapijar.com
Suasana antusias Diskusi Publik Remotivi.
(Fotografer: Reny Elyna)

Media saat ini semakin menonjolkan aspek keuntungan dan bisnis dibandingkan tanggung jawab dalam menyajikan informasi yang substansial. Fenomena ini mencerminkan pergeseran fokus, yang mana media lebih condong ke arah strategi pemasaran yang menghasilkan keuntungan daripada menjadi penjaga kebenaran dan informasi yang berkualitas.

Pemberitaan yang sensasional dan kontroversial seringkali mendominasi, menciptakan lingkungan di mana clickbait dan berita yang kurang mendalam lebih diutamakan demi meningkatkan popularitas dan pendapatan iklan.

Hal yang sama dijelaskan oleh Arifin. Ia menyatakan bahwa berita sensasional lebih diminati penonton daripada berita investigatif, karena itulah banyak pemberitaan negatif yang berkembang.

“Saya juga menyoroti pendekatan unik yang digunakan oleh calon presiden dan wakil presiden dalam menarik simpati anak muda, terutama melalui digitalisasi dan iklan yang merambah ke berbagai platform dengan menggunakan berita-berita yang ringan dan bersifat personal karena memang lebih banyak diminati masyarakat,” pungkasnya.

Haris menjelaskan bahwa media saat ini telah mencapai extramedia level, yang mana pengaruhnya terhadap apa yang dipublikasikan semakin besar. Media pada extramedia level bukan hanya untuk menyampaikan berita, tetapi juga memiliki pengaruh yang mendalam dalam

Namun, Dana selaku pemilih pemula dalam Pemilu 2024, menunjukkan ketahanannya terhadap berita yang kurang substansial dengan teliti memilah sumber informasi. Ia tetap setia pada prinsip melihat dan mempercayai berita dari sumber yang jelas, serta aktif mengikuti debat calon presiden dan wakil presiden dari awal hingga akhir.

Meskipun begitu, Dana juga mencatat bahwa banyak teman sekolahnya terjebak dalam berita yang kurang substansial. Sikap ini dipengaruhi oleh rasa takut akan ketertinggalan, apalagi ketidaknetralan oknum guru di sekolahnya yang lebih mementingkan opini daripada fakta. Faktor-faktor tersebut  menambah kerusakan literasi terkait pemberitaan pada kontestasi Pemilu 2024.

 

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment