Hits: 56
Wiva Anza Dewata
Malam itu, aku memang telat sampai ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 21.10 dan aku masih asik memainkan ponselku.
“Shaa… Marshaa… cepat mandi nak. Ini sudah malam.”
Aku berdecak kesal mendengar mama menyuruhku mandi.
“Iya, ma. Lagi ngedit tugas.” jawabku.
Aku tersadar sudah hampir jam 10 lalu aku berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kemudian aku lanjut mengerjakan tugas kuliahku yang sudah menumpuk. Karena terlalu fokus, aku tidak menyadari bahwa jarum jam telah menunjukkan pukul satu pagi. Aku menguap, tanda bahwa diriku sangat lelah. Segera kumatikan laptop dan merebahkan badan ke kasur. Aku pun mulai tertidur lelap.
Tidak tau sejak kapan, aku terbangun karena anjing peliharaanku menangis-nangis didepan pintu kamarku. Ia meraung-raung sambil mencakar pintu kamarku. Aku sangat kesal karena aku sangat lelah. Aku berusaha untuk tidak meresponnya dan kembali tidur.
Sekitar sepuluh menit kemudian aku terbangun kembali. Raungan dan cakarannya semakin kuat sehingga membuatku tidak bisa lelap. Kulihat jam yang menunjukkan pukul 04.43 pagi.
“Dasar anjing nakal. Aku lelah sekali, Brownie.” Teriakku kearah pintu.
Bukannya diam, dia malah semakin kencang meraung. Saking kesalnya, aku mencoba menghubungi kakakku yang kamarnya berada diseberang kamarku.
“Kak, kamu masih bangun tidak? Ini Brownie ribut sekali.”
Aku melihat kakak ku sedang mengetik membalas pesan dari ku.
“Aku belum ada tidur dari tadi dan aku tidak mendengar suara Brownie sama sekali.”
Aku tertegun.
“Brownie diammmm!!!!” teriak ku dalam keadaan panik. Brownie tidak meraung, namun Ia masih saja mencakar pintu ku.
Tepat setelah memarahi Brownie, suara adzan subuh berkumandang. Aku mendengar Brownie kembali meraung tapi dengan suara yang mulai mengecil dan cakaran yang mulai memelan. Aku mencoba menutup paksa mataku dan kembali tertidur. Setelah itu, aku tidak mendengar suara apapun dari Brownie.
Paginya saat aku membuka pintu kamarku, aku tidak melihat adanya bekas cakaran di pintuku. Brownie juga terlihat tertidur pulas ditempat tidurnya. Aku menceritakan kejadian yang baru saja menimpaku kepada mama dan kakakku. Mereka mendengarkan dengan seksama dan tidak memberikan tanggapan apapun.
Namun saat makan, mama berkata terbata-bata “Tadi malam Brownie tidur sama mama.”
Aku membeku. “Lalu siapa yang tadi subuh menggangguku?”