Hits: 282
Agnes Priscilla Siburian
Pijar, Medan. Apakah kamu familiar dengan jargon You Only Live Once? Sebutan ini sering disingkat dengan nama “YOLO”. Sesuai dengan artinya, prinsip YOLO ini seringnya diartikan sebagai dorongan bagi kita agar menikmati hidup, alasannya karena hidup hanya sekali maka kita harus mencoba semua hal.
YOLO sering digunakan untuk untuk meyakinkan orang-orang yang ragu atau ingin mencoba hal-hal yang belum pernah diketahuinya. Contohnya sewaktu salah satu kerabat mengajak untuk melakukan kegiatan ekstrem seperti terjun payung, tapi kita sangat takut, sehingga mereka lantas mengatakan, “Ayo dicoba, YOLO bro!”
Tidak dipungkiri semua orang memiliki keinginan untuk melakukan hal baru dan menyenangkan, apalagi jiwa muda yang kita miliki masih membara. Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai YOLO, mari kita mendefinisikan dan merefleksi terkait apa itu YOLO, apa sebenarnya motif kita melakukan itu dan apa akibatnya.
YOLO sebenarnya memiliki makna yang sangat sederhana serta menyiratkan motivasi, yaitu supaya kita benar-benar menjalani hidup sebaik mungkin, sehingga tidak terjadi penyesalan di hari esok. Terdengar sangat menarik bukan? Namun, semakin ke sini, semakin banyak generasi milenial dan gen Z yang menganut gaya hidup You Only Live Once atau YOLO. Hal yang menjadi permasalahan adalah mereka justru seringkali salah menafsirkan makna di balik kata ini.
Beberapa orang menganggap YOLO sebagai upaya untuk melakukan yang terbaik dan memaksimalkan segala sesuatu dalam hidup dengan sebaik mungkin. Akan tetapi, ada juga kebalikannya, mereka merasa perlu untuk lebih banyak bersenang-senang dalam hidup yang hanya satu kali ini.
Lalu, apa akibatnya jika para milenial dan gen Z menganut YOLO lifestyle dalam konteks negatif?
Hal yang paling terlihat dengan jelas adalah mereka lebih senang menghabiskan uangnya untuk kesenangan sesaat. Sebagai contoh, seorang penganut YOLO ingin menonton konser Justin Bieber, tapi dompet sudah menipis. Kemudian ia memutuskan untuk menggunakan kartu kredit karena menurutnya menonton konser Justin Bieber adalah hal yang harus terpenuhi semasa hidupnya, alias You Only Live Once.
Satu-satunya solusi yang dapat mengatasi kecenderungan menafsirkan YOLO dalam konteks lain adalah kita harus mengubah mindset dan mengembalikan pengertian YOLO ke hal yang positif. Seperti penjelasan di paragraf sebelumnya, kamu bisa menggunakan prinsip You Only Live Once ini sebagai motivasi agar lebih giat dalam bekerja, cekatan dalam melihat peluang, dan bijak dalam mengambil keputusan.
Tidak hanya itu, dengan prinsip YOLO, kita bisa menjadikannya sebagai sebuah sarana untuk memotivasi diri, berusaha meraih mimpi dan mewujudkan semua hal yang kita dambakan. Ingat, hidup hanya satu kali, maka gunakan sebaik-baiknya, sebijaksana mungkin menggunakan waktu yang kita punya, dan terakhir, jangan lupa berpikir panjang.
(Redaktur Tulisan: Tasya Azzahra)

