Hits: 36
Chairunnisa Asriani Lubis
Ahmad, adalah seorang remaja yang saat ini sedang mengenyam pendidikan SMA sebagai seorang santri di sebuah pondok pesantren. Ia ditempatkan di asrama santri bernama asrama Marwah, tepatnya di kamar B. Hari-hari di pesantren Ahmad jalani dengan kegiatan belajar, sekolah, mengaji, olahraga, dan masih banyak kegiatan lainnya.
Kala itu sekitar pukul 21.30 WIB, Ahmad baru saja menyelesaikan sekolah malam. Ya, selain sekolah siang, pondok pesantren juga identik dengan sekolah malam. Setelah sekolah malam selesai, Ahmad dan para santri lain harus segera kembali ke asrama masing-masing.
“Baiklah anak-anak, sekolah malam sudah selesai. Semuanya harap segera kembali ke asrama masing-masing dan bersiap untuk istirahat,” ucap pak guru yang kerap dipanggil ustad itu.
Suara riuh para santri pun terdengar sembari berlarian keluar kelas. Ahmad dan teman-teman juga bergegas kembali ke asrama. Sesuai perintah, sesampainya di asrama semua santri bersiap hendak membersihkan diri agar bisa segera berisitirahat.
“Tama, Abi, ayo buruan! Nanti kamar mandi keburu antri,” ajak Ahmad kepada Tama dan Abi yang merupakan teman sekamarnya.
“Iya bentar dong Mad. Baru juga nyampe asrama,” kata Abi.
“Iya Mad, masih ngos-ngosan nih,” tambah Tama.
Memang sedikit melelahkan mengingat asrama Marwah dengan kelas mereka jaraknya cukup jauh. Apalagi berjalan kaki sambil membawa tas yang berisi buku-buku pelajaran yang lumayan tebal.
Setelah istirahat sejenak, mereka segera melangkahkan kaki ke kamar mandi. Benar saja, kondisi kamar mandi masih sangat ramai sehingga mereka harus mengantri.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.15 WIB. Ahmad, Tama dan Abi sudah selesai bersih-bersih dan berjalan kembali ke kamar mereka. Sampai di kamar, mereka pun langsung merebahkan badan di kasur masing-masing, menutup mata dan mencoba untuk segera tidur. Namun, entah mengapa malam itu Ahmad merasa belum bisa tidur.
“Duh, aku ga bisa tidur nih,” gerutu Ahmad.
“Sama, Mad. Aku juga. Ga tau kenapa malam ini mataku seger banget,” respon Tama yang ternyata juga belum bisa tidur. Sementara Abi tampak sudah tertidur lelap.
Akhirnya Ahmad dan Tama memilih untuk mengobrol dengan harapan selesai mengobrol mereka akan merasa ngantuk. Obrolan pun dimualai dengan suara sedikit pelan agar Abi tidak terganggu.
“Tam, cerita aja deh. Mana tau abis kamu cerita kita jadi ngantuk,” suruh Ahmad.
“Hmm…,” gumam Tama sambil mengerutkan dahi yang tampak kebingungan mau cerita apa.
“Yaelah Tam, mau cerita doang mikirnya kaya mau jawab soal ujian matematika pake bahasa Arab,” canda Ahmad.
Sambil tertawa kecil, Tama manjawab, “Habisnya aku ga tau mau cerita apa.”
“Eh tapi Mad, aku mau nanya nih. Aku dengar dua hari yang lalu Habib anak kamar A nangis karena dikerjain. Aku ga tau ceritanya, karena sibuk ngurus tugas yang dikasih ustad Tio. Kamu tau ceritanya ga?” tanya Tama dengan sedikit serius.
Ahmad menjawab dengan santai, “Ya taulah, kan aku yang ngerjain dia.”
“Astagfirullah Mad. Jadi kamu yang ngerjain dia?” tanya Tama kembali.
“Iya. Aku cuma iseng doang kok. Lagian jadi laki-laki penakut amat. Masa ke kamar mandi selalu minta temenin. Di siang bolong lagi,” jawab Ahmad yang memberi alasan mengapa ia iseng dengan Habib.
“Habib kan emang penakut sih, Mad,” ucap Tama sambil tertawa kecil.
“Ya makanya aku iseng biar dia ga takut lagi,” jawab Ahmad kembali.
Alih-alih merasa ngantuk, Ahmad malah tiba-tiba bangkit dari kasur dan membuka lemari bajunya. Rupanya ia mengambil baju jubah miliknya yang berwarna hitam lalu memakainya.
Tama yang kebingungan pun bertanya, “Mad, ngapain pake jubah malam-malam gini?”
Tanpa menjawab Tama, Ahmad mematikan lampu kamar mereka dan menggunakan senter kecil untuk memberi sedikit cahaya. Tama hanya geleng-geleng kepala karena ia tampak sudah tau apa yang akan Ahmad lakukan.
Sementara Abi yang tertidur lelap rupanya sadar bahwa lampu kamar mereka mati. Ia pun terbangun dan seketika itu juga Abi langsung menjerit kaget karena Ahmad sudah berada di depan wajahnya dengan memakai baju hitam dalam kondisi kamar yang gelap.
“Hantu…..!” teriak Abi sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Sementara Ahmad tertawa lepas karena keisengannya berhasil. Tama pun rupanya juga ikut tertawa. Lalu mereka kembali menghidupkan lampu.
“Astagfirullah. Iseng banget sih kalian. Lagian udah malam bukannya tidur,” kata Abi yang tampak kesal namun masih merasa ngantuk.
Sedikit nyengir Ahmad pun meminta maaf pada Abi. “Sorry ya Bi. Abisnya aku sama Tama ga bisa tidur nih, jadi iseng deh, maaf ya,” mohon Ahmad.
“Udah, pada tidur gih, nanti wali asrama masuk kalian malah kena marah. Ntar aku juga yang kena,” kata Abi sambil merebahkan badan kembali hendak melanjutkan tidurnya yang terganggu. Ahmad dan Tama pun juga bergegas tidur.
Namun ketika hendak tidur, mata Ahmad tiba-tiba tertuju ke jendela kamar. Ia kaget namun hanya bisa terdiam dengan apa yang dilihatnya. Ia melihat sosok menyerupai manusia dengan wajah yang rata sedang melambai ke arahnya. Bahkan sosok itu terlihat memakai jubah hitam persis dengan yang ia pakai tadi. Ia sangat ketakutan dan hanya berusaha memejamkan mata sambil membaca beberapa doa.
Sepanjang tidurnya Ahmad terus mengigau dengan ucapan “Jangan ganggu saya” sebanyak beberapa kali.
Menjelang waktu subuh, mereka pun bangun. Abi dan Tama langsung menanyakan kenapa Ahmad bisa mengigau seperti itu. Ahmad dengan ketakutannya berusaha menjelaskan kejadian yang dialaminya semalam.
Adanya kejadian tersebut pada akhirnya menjadi pelajaran bagi Ahmad dan kedua temannya. Sosok yang diperlihatkan pada Ahmad dianggap sebagai teguran agar tidak sembarangan dalam berperilaku.