Hits: 308
Nathasya Lydia Nehemia Sianipar
Pijar, Medan. Kue bulan atau dikenal juga dengan nama tiongtjiupia adalah sebuah camilan tradisional masyarakat Tionghoa yang terbuat dari tepung gandum dengan berbagai macam isian. Nama tiongtjiupia berasal dari kata tiong yang berarti tengah, tjiu berarti musim gugur, dan pia yang berarti kue musim gugur berbentuk bulat dengan isian. Makna musim gugur yang ada di nama camilan ini diambil karena biasanya kue bulan selalu disajikan untuk merayakan festival musim gugur tiap tahunnya secara turun temurun hingga saat ini.
Namun, tahukah kamu? Ada sebuah legenda menarik yang dipercaya orang-orang tentang mengapa kue bulan ini selalu menjadi sajian utama yang selalu ada pada perayaan festival musim gugur. Mengutip dari Tionghoainfo.com, ketika bulan muncul pada festival tersebut, para anggota keluarga akan berkumpul bersama menceritakan tentang sebuah legenda Chang E yang terbang ke bulan sembari menyantap kue bulan di bawah sinar bulan purnama.
Legenda tersebut bercerita tentang seorang dewa bernama Hou Yi yang diutus oleh Kaisar Langit untuk menumpas bencana yang disebabkan oleh sepuluh matahari yang memberontak dengan cara muncul bersamaan sehingga menyebabkan bencana kekeringan di dunia. Hou Yi diberikan waktu tiga tahun untuk melakukan tugasnya dan harus kembali ke kayangan langit sebelum waktu yang ditentukan.
Hao Yi yang gagah perkasa berhasil menuntaskan tugasnya dan bahkan ia membantu orang-orang di dunia dari kejahatan siluman yang diakibatkan oleh bencana dari sepuluh matahari tersebut. Ia dianggap sebagai pahlawan oleh orang-orang di dunia karena jasanya memberantas bencana dan kejahatan.
Namun, suatu hari ia jatuh cinta dengan seorang perempuan muda bernama Chang E. Kemudian, Hao Yi pun menikahi Chang E. Tanpa disadarinya pun waktu telah berlalu tiga tahun, tetapi ia tidak mau kembali ke kayangan langit dan ingin tetap tinggal bersama istrinya, Chang E. Kaisar langit menghukumnya dengan menjadikannya manusia biasa dan tidak boleh kembali ke kayangan lagi.
Hao Yi yang tidak ingin ia dan istrinya menua, pergi ke Gunung Kunlun tempat dewi Xiwangmu berada. Dewi Xiwangmu dipercaya memiliki semacam obat untuk berumur panjang. Dewi Xiwangmu yang mengetahui jasa-jasa Hao Yi, memberikan obat tersebut dengan pantangan bahwa ia dan istrinya masing-masing tidak boleh memakan lebih dari setengah obat itu atau mereka akan berubah menjadi dewa dan terbang ke langit.
Namun, nasib yang tidak baik menghampiri pasangan ini, Feng Meng, seorang murid memanah Hao Yi datang untuk meminta obat tersebut secara paksa kepada Chang E ketika ia sendirian di rumah. Chang E yang tidak mau memberikan hasil kerja keras suaminya itu kemudian langsung memakan obat itu seutuhnya dan kemudian melarikan diri.
Hao Yi yang tidak menemukan istrinya dan obat umur panjang itu saat ia sampai di rumah segera tergesa-gesa pergi mencari Chang E, tanpa ia sadari Feng Meng menghampirinya dan memukul Hao Yi hingga Hao Yi menemui ajalnya. Sedangkan Chang E yang melarikan diri kini telah berubah menjadi seorang dewi dan terbang ke kayangan bulan.
Dikatakan bahwa saat festival musim gugur, bulan berbentuk bulat penuh dan sinarnya sangat hangat dan terang adalah perwujudan dari dewi Chang E yang merindukan kampung halaman dan kehidupannya di dunia. Untuk memperingati dan mengenang kisah Hao Yi dan dewi Chang E inilah sebabnya masyarakat Tionghoa selalu menyajikan kue bulan pada festival musim gugur.
Kue bulan ini biasanya disajikan dengan teh untuk menetralisir kue bulan yang memiliki kadar gula tinggi dan kandungan serat yang rendah. Kue bulan juga disarankan hanya dimakan sebanyak satu buah saja dalam potongan-potongan kecil karena kandungan gulanya yang terbilang sangat tinggi.
Dengan berkembangnya zaman, kue bulan pun kini semakin variatif isiannya seperti es krim, buah-buahan, selai coklat, matcha, dan lainnya. Nah, kalau Sobat Pijar tertarik mencicipi camilan satu ini, kue bulan dapat dengan mudah ditemukan di pedagang kue tradisional Tionghoa.
(Redaktur Tulisan: Muhammad Farhan)