Hits: 456
Timotius Dwiki Meglona Hutabarat
Pijar, Medan. Paras menarik, anggun, dan rupawan selaras dengan hati yang mulia menjadi panutan untuk kita tiru dari sosok Arnila Melina. Seorang dokter muda yang memperjuangkan pendidikan anak di Kampung Nelayan Seberang. Dokter muda ini merupakan pendiri Pondok Belajar Arnila yang memiliki 50 anak belajar.
Kak Nila sapaan akrabnya, mendirikan pondok belajar sebagai bentuk kepeduliannya untuk anak-anak yang masih buta huruf di sana, khususnya bagi anak-anak nelayan.
Pondok Belajar Arnila ini berdiri pada tahun 2015. Awalnya kegiatan dilakukan pada hari Minggu. Namun, karena antusias anak-anak yang tinggi maka diubah menjadi hari senin sampai minggu yang dimulai pukul 14.00 hingga 15.00.
Berawal dari keprihatinan Kak Nila melihat masih banyak anak-anak yang belum bisa membaca, maka timbul keinginannya untuk membagikan buku di sana. Sampai ia mendedikasikan dirinya untuk mengajar setiap hari.
Perempuan kelahiran Bengkalis ini telah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara. Semasa menjadi mahasiswa kedokteran, Kak Nila selalu menyisihkan uang untuk membangun pondok belajar dengan berdagang bunga hantaran wisuda, hijab, dan lain-lain.
Jalan yang ditempuh oleh Kak Nila untuk membangun pondok belajar bukan selalu jalan yang mulus. Terkadang ada saja kerikil serta bebatuan dalam perjalanan yang ia tempuh. Namun, semangatnya dalam mengajar tidak pernah mencapai kata menyerah.
“Tentu ada banyak tantangan mulai dari masyarakat yang tidak menerima, orangtua anak-anak yang tidak memberikan izin, dan alasan anak yang lebih memilih bekerja dari pada belajar. Namun, niat baik akan selalu dipermudah,” ucap Kak Nila.
Setiap harinya Kak Nila pergi ke Kampung Nelayang Seberang dengan angkutan umum dari kampusnya. Dengan memakan waktu lebih dari dua jam tidak mematahkan semangat Kak Nila untuk pergi kesana mengajar dan beraktivitas dengan anak-anak.
Tidak hanya memberi pengetahuan dalam membaca dan menulis, Kak Nila juga membekali anak-anak di sana dengan kegiatan ekstrakurikuler seperti kemampuan dalam menari dan seni drama. Dengan harapan dapat mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak di Kampung Nelayan Seberang. Kak Nila juga mengajak anak-anak di sana untuk merawat dan menanam pohon mangrove di sekitar Pondok Belajar Arnila.
Baginya pendidikan dan kesehatan adalah hal yang utama untuk kemajuan bangsa Indonesia. Walaupun bukan berprofesi sebagai seorang guru. Namun, Kak Nila terus berjuang untuk anak-anak di Kampung Nelayang Seberang demi pendidikan yang bermutu.
Kini Kak Nila tidak henti untuk tetap memperjuangkan pendidikan anak-anak di sana walaupun sudah tidak aktif mengajar di Pondok Belajar Arnila karena menjalankan tugas ke Pekanbaru. Namun, Kak Nila tetap berharap agar pondok tersebut tidak berhenti dengan berhasil membuat relawan meneruskan perjuangan Kak Nila.
“Harapan saya agar mereka tetap punya impian untuk terus maju dan merubah keadaannya. Anak-anak tidak harus menjadi nelayan. Namun, mereka bisa memiliki cita-cita. Kita harus berani melawan rasa ketakutan dalam diri dan kegiatan sosial harus punya niat yang kuat. Tugas dan tanggung jawab kita adalah bermanfaat bagi orang lain itu yang terpenting,” tutup Kak Nila.
(Redaktur Tulisan: Lolita Wardah)