Hits: 20

Criador Publisher

Pijar, Medan. Menjadi penari tradisional agaknya menjadi hal yang paling dicari saat ini. Menemukan seseorang yang masih mempertahankan budaya Negeri seakan sesuatu yang sangat langka. Menjamurnya budaya negara lain di Negeri sendiri menjadi ancaman akan eksistensi keragaman budaya, khususnya tari tradisional.

Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Mutya Arizka. Gadis keturunan Aceh yang  ini lebih tertarik dengan tari tradisional. Sejak duduk di Sekolah Dasar, Mutya sudah sering ikut lomba menari. Kegemarannya akan menari masih digelutinya sampai sekarang dan menjadi talenta yang sangat luar biasa. “Awalnya karena suka melihat acara tari begitu, lama lama jadi tertarik mau coba” paparnya.

Dari kegiatannya menari, kini Mutya tidak perlu repot-repot lagi meminta uang saku kepada orang tuanya. Gadis kelahiran Lhoksumawe, 19 tahun silam ini mengaku mendapatkan penghasilan yang cukup untuk menambah pemasukannya. “Lumayan sering diundang di acara acara kebudayaan, kadang juga ikut perlombaan tingkat daerah atau nasional. Ya hasilnya lumayan buat nambah nambah uang jajan,” jelasnya.

Mutya Arizka, penari tradisional muda

Keberadaan Mutya sebagai penari tradisional agaknya membantu dalam melestarikan budaya tari yang kian hilang karena kurangnya perhatian generasi penerus akan hal ini. Gadis cantik ini membuktikan kepada anak-anak muda lainya bahwa tari tradisional bukanlah hal yang memalukan atau ketinggalan jaman. “Tari tradisional adalah tari yang indah dan menarik. Biasa dalam satu tarian ada cerita didalamnya. Disitulah keunikan tari tradisonal itu.” tambahnya. Kurangnya ketertarikan generasi muda terhadap tari tradisional, dimanfaatkan oleh Mutya untuk menunjukkan kemampuannya dalam bidang menari.

Selama menari, Mutya sempat menjuarai pentas seni tari tradisional di Jakarta. Acara yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut diselenggarakan di Monas pada tanggal 14-18 Mei 2014 lalu. Acara ini diikuti oleh group penari tradisional yang berasal dari 34 provinsi di seluruh Indonesia. Membawa nama Sumatera Utara, Mutya bersama teman-temannya yang tergabung dalam dalam sanggar Sumatera Ethnic (SUMET) ini, berhasil menyabet gelar juara pertama  mengalahkan 33 provinsi lainnya

Sanggar SUMET (Sumatera Ethnic) didirikan sejak tanggal 12 April 2006 oleh Erwansyah, telah menjadikan Mutia Arizka lebih bisa mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya.

Leave a comment