Hits: 91

Yulia Kezia Maharani

Pijar, Medan. Hampir dua tahun sudah Indonesia terjangkit pandemi Covid-19. Virus yang berdampak ke seluruh aspek kehidupan ini pun dapat mengganggu aktivitas para pelajar maupun pekerja. Universitas Sumatera Utara salah satunya. Kegiatan perkuliahan di kampus USU saat ini masih dilaksanakan secara daring. Akibatnya, gedung-gedung kampus sepi sebab tidak adanya aktivitas para mahasiswa seperti sediakala.

Pada masa pandemi, tentu ada perubahan-perubahan dalam kondisi gedung akibat tidak dipergunakan. Menyoal kondisi gedung-gedung di kampus, beberapa fakultas telah menetapkan regulasi tersendiri terkait perubahan, pemeliharaan, dan penganggaran gedung beserta fasilitasnya.

Dekan Fakultas Hukum USU, Mahmul Siregar menyebut, setiap pimpinan fakultas diberi kebebasan dalam pengambilan keputusan terkait pemeliharaan kondisi gedung-gedung di USU selama masa pandemi.

“Ada beberapa diskresi yang diambil pimpinan fakultas mengenai keberadaan gedung selama masa pandemi, termasuk kebijakan pemeliharaan meliputi penyemprotan disinfektan terhadap gedung-gedung yang dipakai untuk aktivitas birokrasi maupun mahasiswa, pemeliharaan gedung-gedung yang rusak akibat rayap berkembang yang tentunya tetap mengikuti ketentuan-ketentuan penganggaran dari universitas,” ucap Dekan Fakultas Hukum USU kepada Pijar, Rabu (15/9/21).

Beralih ke fakultas lainnya, Fakultas Teknik melakukan sejumlah pembangunan dengan memanfaatkan kekosongan gedung untuk memenuhi standar ruangan berdasarkan intruksi Rektor USU. Ditambah lagi, adanya persiapan dua smart classroom dan dua ruang kelas terbuka yang akan dipakai saat tatap muka nanti dengan model hybrid.

Selain itu, Dekan Fakultas Teknik USU, Fahmi mengatakan bahwa masalah kerusakan yang paling sering terjadi di gedung-gedung Fakultas Teknik USU ialah kebocoran.

Gedung Arsitektur yang mengalami kerusakan akibat atap yang bocor. (Fotografer : Yulia Kezia Maharani)

“Masalah utama di sini adalah bocor. Dengan AC misalnya gak dirawat, air menumpuk di talang, tumbuh rumput-rumput, jadi rusak dan bocor. Di Arsitektur kita anggarkan sekarang Rp. 1,5 miliar itu paling banyak untuk memperbaiki bocor di 3 lantai. Totalnya saat ini ada 31 titik bocornya,” ungkapnya.

Terkait keamanan, kampus USU juga membuat kebijakan dengan adanya pembatasan gerbang yang terbuka hanya satu pintu. Hal ini dilakukan guna mempermudah pemantauan alih-alih terjadi aksi pencurian barang-barang fasilitas kampus, seperti AC, proyektor, komputer, lampu, dan lain-lain.

Beberapa fakultas lainnya juga merasakan hal yang sama tentang gedung-gedung yang tidak terpakai. Tetapi, pemeliharaan gedung tetap diupayakan lewat pantauan dan pengecekan oleh pihak yang ditugaskan berdasarkan fakultasnya masing-masing.

(Redaktur Tulisan: Rassya Priyandira)

Leave a comment