Menghadapi Dinamika Covid-19 dalam Dunia Sekolah, Kuliah, dan Kerja

Hits: 29

Naomi Adisty

Pijar, Medan. Adanya pandemi Covid-19 menghambat seluruh aspek kegiatan termasuk dalam dunia sekolah, kuliah, dan kerja. Terlebih lagi pemberlakuan Work from Home (WFH) berlangsungnya belajar dan bekerja dari rumah. Sehingga mengharuskan banyaknya aktivitas yang tadinya diluar rumah, lebih banyak dihabiskan didalam rumah yang tentu saja menimbulkan gejolak tersendiri.

Dalam menyikapi gejolak dan dinamika yang terjadi akibat virus Covid-19, Universitas Katolik Atmajaya bersama Prosehat mengadakan acara dies natalis ke-61 yang mengundang dokter dan beberapa psikolog. Acara ini berlangsung pada hari Sabtu (5/6) pukul 09.00-12.15 WIB melalui Zoom meeting. Webinar ini mengangkat tema “Menghadapi Dinamika Covid-19 dalam Dunia Sekolah, Kuliah, dan Kerja” yang dikolaborasikan dengan adanya kelas yoga via online dibagi dari rentang usia anak-anak, remaja-dewasa, dan lansia. Sehingga, webinar ini menciptakan suasana seru menghadirkan konsep edukasi dan relaksasi dari adanya kelas yoga.

Dr. Yap Fu Lan sebagai pemateri pertama memaparkan dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam dunia sekolah, kuliah, dan kerja. Penuturannya bahwa situasi seperti ini sangat hectic sebenarnya bagi kita yang mengharuskan work from home sebab pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih meningkat dari biasanya. Hal ini berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang dilakukan bahwa yang tadinya hanya melakukan pekerjaan untuk kantor ataupun belajar bagi mahasiswa menjadi bertambah untuk mengurus pekerjaan rumah lainnya seperti mengurus anak, membersihkan rumah, menata dan sebagainya yang dinilai menjadi kurang efektif.

Selain itu, work from home menimbulkan godaan tersendiri mengalihkan pusat fokus dalam melakukan suatu pekerjaan. “Jujur kita semua yang ada disini termasuk saya, pasti pernah merasa terbuai atau tergoda ketika sedang fokus mengerjakan suatu pekerjaan lewat gadget menjadi buyar saat ada satu notifikasi yang masuk lalu mengeceknya. Termasuk dengan dalih searching ingin mencari bahan materi namun terbuai dan jadi terjebak karena terlalu asyik membuka social media ataupun menonton. Sementara sisi positif yang didapatkan bisa melakukan diskusi di mana saja dan kapan saja, sehingga lebih fleksibel. Kendati demikian, kita juga harus percaya bisa belajar atau bekerja secara bertanggung jawab,” papar Dr. Yap Fu Lan.

Dr. Yap Fu Lan memaparkan materi terkait dampak PSBB
(Sumber : dokumentasi pribadi)

Pandemi Covid-19 berdampak juga terhadap psikologis, Debri Pristinella, S.Psi., M.Si sebagai pemateri kedua memaparkan dampak Covid-19 secara psikologis dan bagaimana cara mengatasinya. Secara psikologis yang paling berdampak ialah anak-anak karena pada usia mereka ditekankan untuk bersosialisasi dan kebutuhan mereka tersebut terhambat. Lalu yang kedua ialah anak muda karena ditahap yang sekarang ini mengharuskan untuk membina ataupun membangun relasi yang intim serta karir menjadi terhambat. Terakhir paruh baya, dikarenakan kesulitan untuk menggunakan teknologi dalam melakukan panduan atau tuntunan ibadah yang harus dilakukan di rumah dan termasuk juga tuntutan pekerjaan yang menimbulkan tekanan tersendiri.

Hal ini juga dapat dilihat dalam meningkatnya layanan kesehatan yang berdampak secara besar baik dari segi individu maupun komunitas. “Adapun penangangan yang dilakukan secara kognitif lengkapi diri dengan informasi secara arif dan proporsional dan biasakan diri berpikir dan berespon positif. Lalu, dalam emosi diperlukan pengelolaan dan pengontrolan terkait emosi yang timbul. Serta terkait perilaku, hendaknya menjalankan aktivitas rutin dengan management waktu yang konsisten, menjaga koneksi dengan orang lain secara berkala meski secara virtual, dan menjalankan hobi yang menyenangkan dan memumgkinkan untuk dilakukan,” ungkap Debri Pristinella, S.Psi., M.Si selaku dosen fakultas psikologi Universitas Katolik Atmajaya.

Tentu tak hanya segi psikologis, work from home yang mengharuskan kita menggunakan gadget secara berkala tidak dapat dipungkiri juga mempengaruhi kesehatan mata dan muskular. Dr. Angela Shinta Dewi Amita, Sp.M menganjurkan untuk setiap mahasiswa maupun pekerja yang menatap layar terlalu lama perlu mengatur jarak penglihatan sekitar kurang lebih 6 meter, termasuk penggunaan layar dan ukuran tulisan haruslah yang lebih besar agar fokus mata kita tidak menjadi lelah.

Terlebih lagi sistem muskular atau perototan pada tubuh untuk kita bergerak harus tetap dijaga kestabilannya. Melalui yoga yang dihadirkan sebagai penutup webinar tersebut, disarankan juga untuk kita mencobanya secara berkala saat melakukan kegiatan belajar atau bekerja di rumah untuk merelaksasikan otot dan tubuh dari kepenatan.

(Editor: Erizki Maulida Lubis)

Leave a comment