Hits: 1141
Chairunnisa Asriani Lubis
Pijar, Medan. Di Indonesia, ada satu tradisi yang unik. Menjadikan alat transportasi yang sudah tak biasa digunakan saat ini menjadi sebuah perlombaan olahraga. Pacu jalur namanya. Tradisi ini berasal dari daerah Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Pacu jalur sendiri merupakan sebuah perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah perahu panjang berukuran 24 hingga 40 meter yang terbuat dari kayu pohon.
Perlombaan pacu jalur ini biasa dilakukan di Sungai Batang Kuantan dan mengikuti bentuk aliran Sungai Batang Kuantan dengan panjang lintasan sekitar 1 km yang kemudian ditandai dengan enam tiang pancang.
Perlombaan pacu jalur diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap tradisi ini diadakan, ribuan orang akan berbondong-bondong datang, tak hanya untuk menonton, banyak juga dari mereka yang mengikuti perlombaan ini. Walaupun terkesan ketinggalan zaman, masyarakat setempat tak pernah kehilangan minat terhadap pacu jalur.
Perlombaan ini dimulai dengan tanda yang cukup unik, yaitu dengan membunyikan meriam sebanyak tiga kali. Penggunaan meriam digunakan karena jika memakai peluit, suara peluit tidak akan terdengar jelas oleh peserta lomba, karena luasnya arena pacu dan riuhnya para penonton yang sedang menyaksikan.
Pada dentuman pertama, perahu atau jalur yang telah ditentukan urutannya akan berjejer di garis start dengan anggota setiap regu telah berada di dalamnya. Pada dentuman kedua, mereka akan berada dalam posisi siap untuk mengayuh dayung. Setelah wasit membunyikan meriam untuk yang ketiga kalinya, maka setiap regu akan bergegas mendayung melalui jalur lintasan yang telah ditentukan.
Dilihat dari gambaran tradisi olahraga pacu jalur, memang sangat mirip dengan festival perahu naga yang begitu populer. Sama-sama perlombaan mendayung di sungai menggunakan perahu yang panjang. Namun, hal dasar yang membedakan keduanya adalah bentuk dan motif perahu, pada pacu jalur perahu hanya bermotifkan ukiran-ukiran, sementara festival perahu naga memang berbentuk seperti naga.
Selain itu, dalam perlombaan pacu jalur terdapat unsur magis (spiritual) di dalamnya. Karena selain terdapat pendayung dalam pacu jalur yang disebut dengan anak pacu, terdapat pula pawang perahu yang disebut dengan dukun jalur. Masyarakat setempat mempercayai bahwa penentuan kemenangan lomba Pacu Jalur ini ditentukan dari kekuatan magis sang pawang dalam mengendalikan jalur.
Meskipun tradisi olahraga unik ini bukan merupakan kegiatan yang begitu populer dan diketahui secara luas, namun pacu jalur tetap diadakan tiap tahun dan menarik para wisatawan domestik maupun internasional agar berkunjung ke Kabupaten Singingi, Riau. Masyarakat sekitar juga menjadikan tradisi ini sebagai acara yang rutin dilaksanakan tiap tahun bukan hanya sebagai penarik wisatawan, namun juga sebagai hiburan tersendiri bagi mereka.
(Editor: Muhammad Farhan)