Hits: 24

Azka Fikri

“Yang terbesar dari kebodohan adalah mengorbankan kesehatan untuk jenis lain dari kebahagiaan.” – Arthur Schopenhauer.

Pijar, Medan. Mengonsumsi buah, sayur, vitamin, tidur tepat waktu, dan berolahraga merupakan cara yang tepat untuk menjaga kondisi kesehatan tubuh dan meningkatkan daya imun.

Berbicara mengenai olahraga, ada satu olahraga yang sangat digandrungi masyarakat di masa pandemi ini, yakni bersepeda. Tidak seperti masa pra-pandemi, saat ini mudah sekali bagi kita menemui para pesebeda di jalanan. Kini para pesepeda pun layaknya seperti pasukan semut yang tiba-tiba berkumpul dan bergerak beramai-ramai. Bedanya, para pesebeda ini tidak serapi semut ketika berjalan, bahkan pesepeda pun acap kali menganggu kendaraan lainnya di jalanan.

Wajar saja, hal ini dipicu karena banyaknya masyarakat yang jenuh akibat di rumah saja selama berbulan-bulan guna memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19. Sehingga membuat sebagian orang memutuskan untuk keluar rumah dengan cara bersepeda.

Tidak ada yang salah dari itu semua, tapi tetap saja ada beberapa orang yang memanfaatkan olahraga ini sebagai ajang unjuk gigi, dengan berdalih sedang mengikuti tren. Berkumpul dengan teman dan kerabat lalu berfoto beramai-ramai dan berdekatan yang sudah pasti tak mematuhi protokol kesehatan,  lalu kemudian mengunggah foto tersebut ke media sosial.

Lantas, sebenarnya bersepeda sebagai olahraga atau hanya untuk memenuhi konten media sosial semata?

Bersepeda adalah salah satu olahraga yang mudah tapi memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian The Compendium of Physical Activities Tracking Guide yang dilansir dari laman Reader’s Digest, memaparkan besaran jumlah kalori yang terbakar ketika bersepeda tergantung seberapa besar kecepatan kayuhannya, yakni:

  • Kurang dari 16 Km/Jam, alias berkendara santai, akan membakar 272 kalori setiap jamnya.
  • Kecepatan 19 sampai 22 Km/Jam, atau bersepeda sedikit cepat, akan membakar 544 kalori.
  • Kecepatan 26 sampai 30 Km/Jam, dengan berkendara sangat cepat akan membakar 816 kalori.

Tak hanya disitu saja, dikutip dari doktersehat.com, manfaat dari kita bersepeda pun beragam, mulai meningkatkan kekuatan otot, meredam stres, menyehatkan tulang, merawat kondisi sendi, menurunkan risiko kanker, menurunkan risiko diabetes, menyehatkan paru-paru, mengatasi insomnia, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Maka dari itu olahraga ini sangat cocok dilakukan selama pandemi karena mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh kita, sehingga kita tidak mudah terserang virus Covid-19. Namun hal ini akan berbanding terbalik, kita akan sangat mudah terserang Covid-19 ketika kita salah dalam bertindak.

Kerumunan Pesepeda yang tidak menjaga jarak fisik di jalan raya ketika PSBB pertama di Jakarta. (Sumber foto: mediaindonesia.com)
Kerumunan Pesepeda yang tidak menjaga jarak fisik di jalan raya ketika PSBB pertama di Jakarta. (Sumber foto: mediaindonesia.com)

Dikutip dari kompas.com untuk menanggapi permasalahan ini, pakar epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa tidak masalah untuk bersepeda di tengah pandemi Covid-19 ini, asalkan di lingkungan terbatas. Lingkungan terbatas yang dimaksud adalah lokasi bersepeda yang tidak ramai dan bersepeda tidak dalam rombongan banyak orang.

“Karena dengan aktivitas bersepeda beramai-ramai misalnya, ya itu akan sedikit banyak punya potensi berkontribusi (meningkatkan penyebaran dan penularan Covid-19), ya kecuali (bersepeda) itu dilakukan dengan orang terdekat, dalam satu rumah dalam hal ini (terdekat),” kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (28/9/2020)

Perlu diketahui bersama, bahwasanya WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) telah mengonfirmasi bahwa penyebaran Covid-19 juga bisa terjadi melalui airbone (udara). Namun, hal tersebut sangat kecil terjadi ketika berada di luar ruangan karena sirkulasi udaranya lebih baik. Dan juga bila para pesepeda menerapkan protokol kesehatan yang ketat seperti menggunakan masker dan menjaga jarak fisik, terjadinya penularan pun akan sangat kecil.

Permasalahan yang muncul adalah ketika adanya interaksi atau kontak langsung antara pesepeda satu dengan pesepeda lain, seperti berdekatan saat bersepeda, berkumpul dengan banyak rombongan, makan di satu tempat, dan yang paling sering ditemukan adalah berfoto bersama untuk konten media sosial. Hal inilah yang menyebabkan potensi besar penularan Covid-19.

Maka sayangi dirimu lebih dari apapun, sama halnya seperti kata Arthur di atas, janganlah melakukan hal bodoh demi kebahagiaan lain yang dapat mengancam nyawa.

Sekarang pilihan ada di tangan Anda, mau bersepeda benar-benar untuk kesehatan atau bersepeda malah merugikan kesehatan demi mementingkan konten media sosial semata?

(Editor: Muhammad Farhan)

Leave a comment