Hits: 51
Chairunnisa Asriani Lubis / Alvira Rosa Damayanti
Pijar, Medan. Banyak cara untuk mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap seseorang, bahkan untuk negara sekalipun. Tepat pada peringatan Hari Pahlawan yaitu 10 November, Balai Pustaka dan Titimangsa Foundation bekerja sama untuk mengungkapkan rasa cinta kepada Indonesia melalui puisi-puisi yang dibacakan dengan berkala, secara live di kanal YouTube Balai Pustaka Official.
Dengan tema Puisi Cinta Untuk Indonesia, siaran live ini menampilkan puisi-puisi dari Abdul Hadi W.M., Asrul Sani, Chairil Anwar, D. Zawawi Imron, Dorothea Rosa Herliany, Hasan Apahani, Isbedy Stiawan ZS, Joko Pinurbo, Kurna Effendi, KH. A. Mustofa Bisri, M. Aan Manyur, Mutia Sukma, Sapardi Djoko Damono, Slamet Sukiarto, Subagio Sastrowardoyo, Sutardji Calzoum Bachri, Tufiq Ismail, Umbu Landu Parangi, Warih Wisatsana, Widji Tukul, dan W.S Rendra.
Tidak hanya dibacakan secara gamblang, namun acara ini kerap menjadikan pembacaan puisi menjadi lebih menarik dengan menampilkan sejumlah artis tanah air dan sastrawan Indonesia seperti Asmara Abigail, Atiqah Hasiholan, Butet Kartaredjasa, Christine Hakim, Djenar Maesa Ayu, Fajar Merah, Happy Salma, Isebedy Stiawan ZS, Iqbal Ramadhan, Kurnia Effendi, M. Aan Mansyur, Marsha Timothy, Reda Gaudiamo, Reza Rahardian, Sha Ine Febriyanti, Slamet Rahardjo, Sri Khrisna, Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq ismail, Umbu Landu Paranggi, Vino G. Bastian , Warih Wisatsana, dan Widi Mulia.
Adapun tujuan dari diadakannya acara ini adalah untuk melakukan kolaborasi yang bertujuan membangun solidaritas kepada para sastrawan Indonesia, seiring dengan kondisi saat ini yang masih dilanda pandemi Covid 19. Selain itu, juga dilakukan acara donasi yang ditujukan kepada para sastrawan.
“Acara Puisi Cinta untuk Indonesia merupakan gerakan donasi untuk para sastrawan Indonesia kita yang terpapar Covid-19 sesuai dengan kondisi pandemi kita saat ini,” ungkap Widi Mulia selaku pembawa acara.
Pada pembukaan acara, puisi karya D. Zawawi Imron dengan judul ‘Ibu’ dibaca untuk menjadi puisi pembuka oleh Christine Hakim. Di mana dapat di ambil benang merahnya, bahwa ibu adalah sosok pahlawan dalam kehidupan di dunia.
“…kalau ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu lantaran aku tahu engkau ibu, dan aku anakmu.”
Kemudian, pembacaan puisi dilanjutkan oleh artis senior Slamet Rahardjo. Dengan puisi yang berjudul ‘Apa Ada Angin di Jakarta’ karya Umbu Landu Paranggi, dengan puisi yang memiliki makna merindukan kesejukan akan kota Jakarta.
Pembacaan puisi pun terus berlanjut. Puisi-puisi dengan sajak yang indah lainnya terus dibacakan secara bergantian oleh para bintang tamu. Seperti Iqbal Ramadhan yang membacakan puisi karya WS. Rendra dengan judul ‘Surat Kepada Bunda : Tentang Calon Menantunya’. Selanjutnya, puisi dengan judul ‘Puisi Cinta’ karya Mutia Sukma juga dibacakan oleh Atiqah Hasiholan.
Selain dari pembacaan puisi oleh para atris tanah air, para sastrawan Indonesia yan hadir juga ikut membacakan puisi karyannya sendiri. Seperti Taufiq Ismail yang membacakan karya puisinya yang berjudul ‘Dengan Puisi, Aku’ dan M. Aan Mansyur dengan karya puisinya yang berjudul ‘Pelukan’.
Acara bertajuk ‘Puisi Cinta Untuk Indonesia’ ini semakin menarik kala pembacaan puisi juga diiringi dengan musik atau yang dikenal dengan musikalisasi puisi. Seperti saat puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul ‘Pada Suatu Hari Nanti’ dibawakan dengan suara merdu milik Reda Gaudiamo dan juga puisi karya Wiji Thukul dengan judul ‘Bunga dan Tembok’ yang dibawakan oleh Fajar Merah dan Asmara Abigail.
Di penghujung acara, puisi karya Abdul Hadi W.M dengan judul ‘Tuhan, Kita Begitu Dekat’ dibacakan oleh Happy Salma yang kemudian ditutup dengan penampilan dari Reza Rahardian yang membacakan puisi karya Charil Anwar dengan judul ‘Doa’.
Dengan diadakannya acara Puisi Cinta untuk Indonesia ini, diharapkan semua dapat mengetahui dan merasakan betapa indahnya puisi-puisi karya sastrawan Indonesia. Selain itu, lebih dapat membangun solidaritas antara kita kepada sastrawan Indonesia di tengah pandemi saat ini.
(Editor: Erizki Maulida Lubis)