Hits: 15

Star Munthe

Pijar, Medan. Olahdulu yang merupakan gerakan kampanye literasi media dalam melawan infodemi, sukses menggelar talkshow bertemakan “Infodemi Sebagai Fenomena dalam Komunikasi Massa” melalui akun instagram-nya @olahdulu.2020 (10/10).

Kegiatan yang bertajuk talkshow ini mengundang Dra. Mazdalifah, M.Si., Ph.D. yang merupakan Dosen Ilmu Komunikasi USU sebagai pemateri. Beliau juga merupakan dosen yang konsen mengajarkan mata kuliah komunikasi massa. Selain itu, ia juga dikenal sebagai salah satu pakar literasi media di Indonesia.

Mazdalifah menyuarakan bahwa literasi media harus menjadi gaya hidup, agar masyarakat mampu terbebas dari hoaks. Terlebih lagi, fenomena infodemi ini dapat membuat masyarakat bingung mana informasi yang baik untuk dikonsumsi.

“Kita harus membiasakan literasi media sebagai gaya hidup untuk melawan hoaks-hoaks yang bertebaran,” ujar Mazdalifah.

Nabila Hasibuan yang merupakan moderator kegiatan ini mampu mengulik pandangan Mazdalifah tentang infodemi sebagai fenomena dalam komunikasi massa. Besarnya media dalam memproduksi pesan atau informasi tentang pandemi membuat masyarakat bingung mana yang harus dikonsumsi.

“Ini merupakan isu yang dekat dengan kita dan juga menjadi masalah dalam hidup kita belakangan ini. Infodemi membuat penanganan pandemi itu sendiri semakin sulit. Kami hadir untuk sebagai matahari dan mengajak masyarakat untuk sadar kembali,” ucap Nabila saat diwawancarai.

Masalah yang kita hadapi menggambarkan sikap masyarakat yang kurang kritis dan tidak bersikap skeptis terhadap informasi yang didapatnya. Melandasi hal tersebut, Nabila mengaku Olahdulu mampu menciptakan kampanye ini dan juga menginisiasi kegiatan ini.

“Informasi tentang Covid-19 ini memang sangat melimpah ruah. Maka dari itu, literasi media mengambil peran sebagai benteng atau penyaring,” tambah Mazda dalam menawarkan literasi media sebagai solusi dari infodemi.

Fenomena ini mewajibkan masyarakat untuk mampu menganalisis pesan, mengolah pesan, sampai akhirnya mengemas pesan. Bagian-bagian tersebut merupakan tahapan dalam berliterasi media, karena tanpa literasi media yang kuat, benteng atau penyaring informasi diri seseorang dapat dengan mudah goyah atau bahkan hancur. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa orang tersebut akan mudah terpapar hoaks.

Olahdulu menekankan aspek pengolahan pesan sebagai hal yang paling penting untuk diterapkan di masyarakat, agar pemaparan dan penyebaran hoaks mampu ditekan. Dengan teratasinya masalah infodemi, maka akan dipandang oleh Olahdulu sebagai cara dalam mengakhiri penyebaran virus Covid-19.

Nabila mengingatkan melalui wawancara via WhatsApp, bahwa The World Health Organization (WHO) juga memandang bahwa infodemi sebagai masalah serius. Bahkan ia mengatakan infodemi lebih besar dari pandemi itu sendiri, seperti mengutip apa yang dikatakan Tedros Adhanom, Direktur Jendral WHO.

Nabila berharap, melalui acara dan kampanye ini, mereka dapat menuai respon positif dan sambutan dari masyarakat agar pesan yang disampaikan dapat berguna di masa krisis ini.

“Semoga apa yang kami rancang dan kami realisasikan melalui acara dan kampanye ‘Olahdulu’ mampu didengar dan tersebar ke masyarakat banyak. Dan jikalau lahir gerakan-gerakan serupa, juga akan kami sangat senangi. Karena tujuan utama kami adalah membantu mengakhiri masa krisis ini,” ungkap Nabila menutup wawancara.

(Editor: Erizki Maulida Lubis)

Leave a comment