Hits: 31
Suryani Agata Sitanggang / Erika Enjelia
Pijar, Medan. Salah satu perasaan yang akan dialami manusia saat jatuh cinta adalah sakit hati. Sepaket. Apabila kita ingin jatuh cinta, kita juga harus siap untuk mengalami sakit hati. Rasa yang bisa datang kapan saja dengan varian latar belakang yang berbeda-beda, sakit hati dari pertemanan, persaudaraan, tapi biasanya sakit hati tak jauh-jauh dari perkara percintaan.
Harley Quinn: Birds of Prey adalah film fantasi DC yang ditulis oleh Christina Hodsun dan disutradarai oleh Cathy Yan. Awal skenario yang bercerita tentang sakit hati yang dirasakan oleh sang pemeran utama Harleen Frances Quinzel yang diperankan oleh Margot Robbie.
Kandasnya hubungan cinta antara dirinya dengan Mr. J atau yang lebih familiar dikenal dengan sebutan Joker, sang kekasih yang membuatnya hilang kendali. Merasa hancur, Harley tak segan untuk melakukan apapun yang ia mau untuk sekadar melampiaskan perasaannya. Kericuhan satu demi satu mulai terjadi di kota Gotham dimana gadis berkepang dua ini tinggal.
Keputusasaan yang dirasakan oleh Harley Quinn di film ini ditampilkan dengan kemasan yang berbeda. Alur cerita yang acak, membuat penonton akan terbawa dalam tawa sekaligus sedih. Patah hati, bukan berarti selalu mengandalkan air mata kesedihan. Harley bebas berekspresi, apapun itu asalkan ia bisa kembali bahagia.
Berbeda dengan edisi DC yang lain, film yang rilis pada 5 Februari 2020 ini menghadirkan kisah yang menarikĀ sekaligus membuat takjub. Baik pemeran utama dan pemeran pendukung yang menonjol di film ini adalah wanita dengan latar belakang hati yang tersakiti. Dengan memiliki alasan yang sama, mereka seakan memberikan bukti bahwa wanita bisa bangkit dari sakit hati pada laki-laki.
Selain itu, DC yang akrab dengan nuansa gelap dan mencekam mencoba sesuatu yang baru. Meskipun film laga, Birds of Prey mencoba tetap konsisten dengan gaya cerah khas wanita. Bagaimana? Tertarik menonton?
Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang