Hits: 11
Putri Arum Marzura
Pijar, Medan. Tepat 54 tahun yang lalu, Indonesia kehilangan para pahlawan yang telah berjuang untuk Indonesia ini. Peristiwa yang terjadi pada 30 September hingga 1 Oktober 1965 ini telah menggugurkan tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dengan mengkudeta.
Awal mula terjadinya gerakan ini berawal dari isu-isu dari Dewan Jendral, Dokumen Gilchrist, hingga keterlibatan Soekarno pada masa itu, dengan beredarnya isu-isu tersebut yang mengakibatkan terjadinya pencarian hingga pembunuhan oleh tokoh-tokoh yang terlibat. Ketujuh tokoh tersebut salah satunya adalah Letjen TNI Ahmad Yani.
Dilansir dari sejarahlengkap.com, Sebelum peristiwa G30S/PKI, tercatat bahwa Partai Komunis Indonesia atau PKI adalah Partai Komunis yang paling besar di seluruh dunia pada tahun 1965, tanpa menghitung partai komunis di Tiongkok dan Uni Soviet. Anggota PKI berjumlah sampai 3,5 juta jiwa ini pun belum termasuk dengan 3 juta jiwa kader PKI yang bergerak di pergerakkan pemuda.
Kisah G30S-PKI nyatanya memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Setiap tahun selalu saja ada tambahan cerita dari peristiwa ini. Media seolah-olah berlomba-lomba menyeruakan cerita antara nyata atau rekayasa. Bila dikuak lebih dalam, ada cerita lain yang berlainan dengan kisah umum.
Pada sudut pandang ini gugurnya ketujuh pewira tinggi militer berbeda. Congkelan mata, irisan silet, dan aksi kejam lainnya tidak terdapat pada cerita ini. Cerita dari sudut pandang medis memang belum banyak diketahui oleh publik.

Hasil Visum Et Repertum yang ditemukan Benedict Anderson, seorang ilmuan dari Cornell University membuka kisah baru G30S/PKI. Hasil autopsi ini disusun oleh tim dokter Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) dan tiga dokter sipil spesialis forensik medis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Ketujuh korban memiliki luka akibat tembakan di beberapa bagian seperti kepala, punggung, tangan, hingga dada.
Meskipun tidak ada hasil visum tentang mata yang tercongkel, telinga hilang, hingga lidah yang terpotong, kisah ini tetaplah tragis. Hingga saat ini tidak pernah diketahui versi mana yang mutlak kebenarannya. Di balik itu semua, kisah G30S/PKI menyadarkan kita bahwa pada hari itu merupakan salah satu hari kelam bagi Indonesia. Perjuangan para pahlawan sejatinya harus dapat kita terapkan di kehidupan kita.
Redaktur Tulisan: Intan Sari