Hits: 26
Akbar Gading Barus
Sebab itu, beginilah firman Tuhan: Sesungguhnya, Aku mendatangkan ke atas mereka malapetaka yang tidak dapat mereka hindari, dan apabila mereka berseru-seru kepada-Ku, maka aku tidak akan mendengarkan mereka. (Yeremia 11:11). – Penggalan ayat dalam Alkitab yaitu Jeremiah 11:11 atau Yeremia 11:11 yang menjadi awal pertanda dimulainya misteri dalam sebuah film bergenre horror–thriller, Us.
Pijar, Medan. Kisah ini bermula dari cerita sebuah keluarga di musim panas. Adelaide Wilson, yang diperankan oleh Lopita Nyong’o, bersama dengan suami dan anak-anaknya yang pergi ke sebuah rumah tepi pantai yang pernah ia tinggali semasa kecil. Mereka kemudian mulai menghabiskan masa liburan musim panas di sebuah pantai Santa Cruz.
Dalam nuansa nostalgia akan kepulangannya ke kota itu, Adelaide kembali merasakan trauma kelam masa lalu yang menghantuinya. Adelaide yang saat itu masih kecil berlibur ke pantai Santa Cruz. Ia yang lepas dari pengawasan orangtuanya pergi ke dalam sebuah wahana labirin dan tersesat di dalamnya. Ia yang panik kemudian berusaha keluar dari wahana itu namun ia malah menemukan adanya sosok lain yang menyerupai dirinya. Sejak saat itu tak ada hal yang ia khawatirkan melainkan tentang kejadian itu. Ia merasa bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi lagi.
Tak ayal, di suatu malam senyap dan minim penerangan, berdiri empat orang asing berbaju merah yang tampaknya sedang memantau pekarangan mereka. Tak disangka, keempat orang asing berbaju merah tersebut ternyata adalah sosok yang sama persis dengan diri mereka masing-masing. Sebuah misteri Doppelganger yang mencoba untuk mengusik kehidupan mereka.
Ada kisah menarik di balik pembuatan film ini. Sang sutradara, Jordan Pelee, kembali menampilkan buah tangan terbaiknya usai mendulang piala Oscar untuk naskah original terbaik pada film Get Out pada 2018 lalu.
Jordan terinspirasi dari cerita doppelganger yaitu sosok orang lain yang memiliki perawakan yang sangat mirip dengan seseorang. Ia mengakui pengalamannya ketika ia pernah bertemu doppelganger pada suatu hari dan membuatnya sangat ketakutan. Hal ini pula yang membuatnya terinspirasi untuk membuat cerita film ini. “Kau keluar dari kereta dan kau harus melewati lorong bawah tanah dan keluar kesisi lainnya. Tidak ada orang lain disana, hanya kegelapan, kota Amerika. Aku masuk dan melihat kesisi lainnya, dan kemudian melihat sosok lain dari diriku turun ke lorong yang sama”, ungkapnya dalam wawancara bersama The Guardian.
Selain itu, muncul pula aktris peraih Oscar lainnya yang bergabung dalam film ini yaitu Lupita Nyong’o. Lupita yang memiliki peran sebagai karakter utama dalam film ini secara luar biasa memerankan dua peran dengan karakter yang berkebalikan sekaligus. Ia memerankan sang tokoh utama Adelaide Wilson dan juga doppelganger dari karakternya yang bernama Red.
Tidaklah hal yang mudah bagi seorang aktris 36 tahun ini dalam memerankan dua karakter dalam satu film secara bersamaan. Ia sempat merasa takut saat membaca naskah film ini, namun rasa takut itu hilang dan berubah menjadi semangat saat ia merasa tertantang untuk memainkan dua karakter. “Ini terlihat seperti Natal yang datang terlalu cepat. Dan kemudian aku mulai bekerja dan sadar betapa melelahkannya bermain dalam dua karakter”, ujarnya dalam wawancara bersama Rolling Stone. Aktris berdarah Kenya-Meksiko ini mengaku harus membagi persiapannya untuk melihat perspektif dari karakter masing-masing.
Terdapat banyak hal yang abstrak dalam film ini. Berbagai hal aneh muncul dalam film seperti adanya kelinci-kelinci yang dikurung di dalam kandang, lorong bawah tanah rahasia, eskalator misterius, serta seorang pria yang membawa papan bertuliskan Jeremiah 11:11 yang seakan menjadi pertanda akan adanya sebuah bencana di balik ini. Film ini sungguh menyajikan permainan berpikir untuk benar-benar mengetahui jawaban di balik semua misteri.
Nuansa seram terkemas dalam sosok doppelganger yang mulai mengusik keberadaan Adelaide dan keluarganya. Dengan menggunakan kostum berwarna merah, para doppelganger berusaha untuk menguasai kehidupan mereka dan mencoba untuk membunuh mereka dengan menggunakan gunting yang senantiasa berada di genggaman tangan. Adegan berdarah mulai merasuki seluruh adegan film tatkala para doppelganger datang menyerang. Mereka berkeliaran ke segala tempat untuk memburu kembaran masing-masing hingga membuat kepanikan di seluruh kota.
Anehnya setelah membuat geger seluruh penjuru kota, para doppelganger ini malah membuat sebuah pola rentangan tangan yang membentang lurus dari ujung barat ke ujung timur Amerika, sehingga membentuk rantai manusia seolah-olah mereka mengikuti sebuah iklan gerakan sosial pada tahun 80-an silam.
Selain itu, pembawaan alur cerita serta plot twist yang menarik membawa kita pada beribu pertanyaan mengenai adegan-adegan di dalam film. Sulitnya menebak siapa yang asli di antara mereka membuat penonton dibuat heran karena tindakan karakternya yang tidak dapat diprediksi. Hal ini pula yang membuat para penontonnya akan menganga berpikir ulang mengenai akhir cerita yang ditampilkan.
Hal ini pula yang menjadi keuntungan dalam film ini. Rekomendasi buat kalian penyuka horror-thriller dalam memacu kecepatan jantung berdetak.
(Redaktur Tulisan: Intan Sari)