Hits: 13

Hidayat Sikumbang/ Ronaldo Hafizh

Pijar, Medan. Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat literasi yang sangat rendah. Berada di peringkat kedua terendah di dunia. Data yang didapat dari Central Connecticut University di tahun 2016 ini semakin memperjelas bahwa, Orang Indonesia memang malas untuk membuka buku. Negeri ini berada di peringkat ke 60, dari 61 negara di dunia yang disurvei. Separah itukah?

Indonesia sebenarnya tidak kekurangan minat bacanya. Hampir setiap hari kita media daring di negeri ini memiliki berita yang isi kolom komentar-komentar yang beragam. Dari yang nyentrik sampai yang frontal pun ada di situ. Akan tetapi, masyarakat kita terlalu malas untuk membuka buku. Itulah yang menyebabkan Indonesia bisa terhempas ke peringkat kedua terendah.

Mahalnya harga buku, atau karena buku yang tersedia juga tidak begitu menarik barangkali menjadi alasan mengapa minat masyarakat di negeri ini untuk membaca buku begitu rendah. Big Bad Wolf, barangkali bisa menjadi solusi bagi mereka yang memiliki minat terhadap buku dan literasi, agar minat baca masyarakat kita bisa tumbuh sejak dini. Big Bad Wolf adalah bazar buku akbar yang sudah hadir sejak 2016 lalu di beberapa kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, dan Surabaya. Kehadiran Big Bad Wolf (BBW) selain menawarkan buku baru yang harganya murah, serta untuk menaikkan minat baca di Indonesia. “BBW hadir di Indonesia itu 2016, di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan. Waktu itu, kita punya satu hall, jadi cuma satu hall, doang. Ibu Ulli, selaku Presiden Direktur PT. Jaya Ritel, itu diolok-olok karena mengadakan pameran buku. Padahal yang kita tahu saat ini bahkan toko buku sudah banyak yang tutup. Ternyata setelah kita adakan, dari yang awalnya satu hall, jadi terpaksa dua hall karena membludaknya pengunjung. Tak muat, jadi bukan karena tidak suka baca. Tapi tidak tersedianya buku-buku yang menarik, dan murah,” ungkap Virgia Brilly yang menjabat sebagai Humas dari Big Bad Wolf pada Jum’at (02/11).

salah satu seorang pengunjung yang sedang memilih - milih untuk membeli buku di Big Bad Wolf Book Sale Medan. (2/11) (Fotografer: Ronaldo Hafizh)
salah satu seorang pengunjung yang sedang memilih – milih untuk membeli buku di Big Bad Wolf Book Sale Medan. (2/11)
(Fotografer: Ronaldo Hafizh)

Ini merupakan pertama kalinya Big Bad Wolf mengadakan acara di Kota Medan. Setelah sukses berturut-turut di Pulau Jawa, yakni Jakarta dan Surabaya, Virgia mengakui bahwa ini menjadi tantangan tersendiri. Di samping susahnya memilih tempat yang layak, hingga pada akhirnya ia dan timnya diharuskan untuk memilih Gedung Andromeda yang dulunya notabene adalah Bandara Polonia, Medan, akses menuju tempat lokasi pun menjadi tantangan tersendiri. “Kita pengen coba setiap kota, nih. Kita tahun depan pengen coba semuanya, dan kebetulan Medan menjadi salah satu kota yang paling banyak di request. Dan semuanya terjawab sudah sejak di Preview Day, kemarin. Kita juga ga nyangka antusias masyarakat Medan itu seperti ini. Kita penasaran, dan ga pernah keluar dari Pulau Jawa. Ternyata masih sama, seperti kota sebelumnya. Antusiasnya luar biasa. Ibaratkan mereka takut ga kebagian buku, gitu. Padahal, kita bawa dua juta buku. Ada buku impor dan Indonesia.”

Kehadiran BBW di Kota Medan juga disambut antusias oleh masyarakat di Medan. Carin, salah satu pelajar dari Metodhist Charles Wesley mengaku baru pertama kali mengetahui adanya bazar buku seperti ini. “Saya tertarik karena sekarang lagi duduk di kelas XII, rencananya akan melanjutkan studi ke luar negeri. Saya otomatis harus belajar banyak mengenai digital art, untuk mempersiapkan diri. Kebetulan di sini, bukunya murah dan tersedia buku seni juga. Jadi harus banyak belajar untuk bisa lanjut ke studi ke game art.”

Antusiasme luar biasa memang sudah ditunjukkan masyarakat di Kota Medan semenjak preview day di tanggal 1 November lalu. Novita, salah satu pengunjung yang juga hadir di hari perdana mengeluhkan tempat yang terlalu padat sehingga ia terpaksa antri berjam-jam. “Kami sampai dua – tiga jam untuk antri. Walaupun sudah ada solusi dengan 18 kasir, dan cara pembayaran cash atau pakai kartu, tapi tetap saja.”

Kehadiran BBW selain untuk mengadakan bazar buku murah, Big Bad Wolf memiliki program yang bernama “Red Readerhood.” Program ini adalah  sebagai tanggung jawab sosial yang mana program tersebut mengajak para pengunjung yang hadir untuk mendonasikan buku-buku yang mereka beli kepada masyarakat Indonesia yang membutuhkan. Untuk program Red Readerhood Medan akan didonasikan kepada teman teman yang berada di Samosir bersama dengan Yayasan Alusi Tao Toba. Buku–buku yang didonasikan diharapkan dapat bermanfaat dalam kemajuan pendidikan dan menjadi semangat baru untuk lebih gemar.

(Redaktur Tulisan: Intan Sari)

Leave a comment