Hits: 17
Siti Halimah / Arsy Shakila Dewi
Pijar, Medan. Lokakarya atau biasa dikenal dengan sebutan workshop dengan tema Tortor Batak merupakan kegiatan tahunan yang diadakan oleh Prodi Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (FIB USU). Kegiatan ini dilakukan untuk memperkenalkan asal-usul kebudayaan batak. Acara yang dilaksanakan pada Kamis (25/10) di Gedung Pergelaran Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara ini juga diikuti oleh mahasiswa pertukaran pelajar yang berasal dari Universitas Hasanuddin, Universitas Padjajaran dan Universitas Surabaya.
Acara dibuka dengan suguhan musik batak, dan kemudian diiringi oleh kata sambutan dari Ketua Program Studi Sastra Batak Drs. Warisman Sinaga, M,Hum, Ketua Pelaksana Dra Herlina Ginting M, Hum, dan selanjutnya kata sambutan Wakil Dekan III Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si, yang sekaligus membuka secara resmi kegiatan ini. Lokakarya ini diisi oleh Arnol Purba selaku praktisi di bidang sastra batak. Beliau menjelaskan mengenai sejarah tortor, makna yang terdapat dari setiap gerakan tarian tortor lalu kemudian dilanjutkan dengan praktik tarian tortor, di mana mahasiswa dapat belajar menari tortor yang baik dan benar. Agenda tersebut diakhiri dengan sesi pertanyaan yang interaktif.
Herlina Ginting selaku Ketua Pelaksana berpendapat bahwa kegiatan ini bertujuan untuk lebih memperkenalkan salah satu tradisi batak yang sudah dikenal masyarakat pada umumnya, yakni manortor. “Kegiatan ini dilaksanakan agar dapat membuka wawasan yang lebih luas mengenai Tortor Batak, dan meluruskan pemikiran masyarakat maupun mahasiswa mengenai Tortor Batak.” Ibu Herlina juga berharap bahwa masing-masing dari kita mampu menjaga tradisi yang sudah turun-temurun ini. Sebab, nantinya ini akan menjadi aset penting karena merupakan salah satu tradisi tertua di negeri ini.
Serupa dengan Ibu Herlina, Risnul Saragih Alumnus S1 Satra Batak sekaligus sebagai Administrasi Program Studi Sastra Batak menyampaikan harapannya agar kelak, budaya lokal tidak tergerus oleh zaman. “Sebagai orang budaya kalau bisa dari kegiatan yang lokal ini kita kupas sampai tuntas tentang budaya daerah seperti budaya Tortor Batak, Budaya Melayu maupun budaya-budaya daerah lainnya yang ada di Indonesia saat ini. Jangan hanya mengupas budaya negara lain seperti Festival Bunkasai dari Jepang maupun K-Pop dari Korea. Kalau bisa sedari dini kita mendarah daging dengan budaya kita sendiri bukan malah asing dan tidak mau mempelajarinya.”
Kegiatan lokakarya ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan mahasiswa tentang tor-tor batak dan untuk tahun berikutnya, kegiatan ini lebih meriah serta dapat berkolaborasi antara satu adat dengan adat lainnya sehingga menciptakan suasana yang baru dan semakin menarik.
Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang