Hits: 28
Achmad Syah Galang Ramadhan
Pijar, Berastagi. Pers Mahasiswa PIJAR FISIP USU di usianya yang ke enam tahun menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) Teras Horas 2018 di Mess Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (PEMPROVSU) Berastagi, Kabupaten Tanah Karo pada Senin, (16/07). Tema yang disuguhkan pada kegiatan ini adalah “Jurnalisme Budaya: Aksara Pers Mahasiswa untuk Budaya”.
Kegiatan ini merupakan PJTLN perdana yang dilaksanakan oleh Persma Pijar. Peserta yang hadir dalam acara itu sebanyak 28 peserta dari seluruh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) yang ada di Indonesia.
Putri Nadya Hutagalung selaku ketua panitia menyebutkan bahwa dengan keanekaragaman yang ada, Indonesia berpotensi dalam perkembangan jurnalisme yang memiliki ciri dan karakter. Sehingga di masa yang akan datang, diharapkan akan ada jurnalisme berbudaya yang sangat paham dengan kebhinekaan dan juga mampu mempertahankan budaya dan menunjang toleransi berbangsa dan bernegara.
“Kami berharap pers mahasiswa di Indonesia tidak hanya sekadar melontarkan pertanyaan atau pernyataan kritis tapi juga rasional, namun juga tidak mengikuti tren zaman yang sinis dan adaptis,” ujar Nadya.
Serangkaian kegiatan pun dimulai dengan senam pagi bersama para peserta, dilanjutkan dengan pemberian materi oleh Irfan Maulana seorang fotografer perjalanan yang juga bekerja sebagai digital strategis di suatu majalah. Ia memberi materi tentang teknik dasar foto jurnalistik beserta penulisan keterangan gambar yang benar. Tak lupa ia juga menjelaskan tentang bagaimana cara memotret suatu kebudayaan.
“Fotografi adalah jam terbang bukan hanya sekadar teori, jika pegang kamera berarti harus motret, jadi lebih banyakin lagi praktik dan jam terbangnya,” ungkap Irfan.
Selanjutnya pemberian materi oleh Matius Suwarsono tentang kebudayaan, khususnya yang ada di daerah Medan. Ia merupakan seorang ahli budayawan dan pekerja seni yang telah berpengalaman. Menurutnya jurnalistik dan kebudayaan merupakan kedua bidang yang saling mengisi.
Sebuah kebudayaan dapat tersampaikan dengan baik karena peran dari seorang jurnalis dalam menyampaikannya. Tidak setiap orang mengerti tentang perbedaan kebudayaan, di sisi lain seorang jurnalis membutuhkan objek tulisan yang menarik dibaca.
“Kesan saya di PJTLN hari pertama ini cukup menyenangkan karena kita di sini dihadirkan oleh beberapa materi yang bisa dibilang sangat ahli di bidangnya. Kemudian saya juga sangat excited sekali dengan materi fotografi dan jurnalisme budaya yang sangat mendetail,” ujar Muhammad Lutfhi, peserta dari LPM Mimbar Untan.
Kegiatan ditutup dengan sharing session dan pengenalan dari setiap LPM yang ada. Bukan hanya itu saja, acara PJTLN masih akan berlangsung hingga tanggal 19 Juli dengan pemateri handal lainnya yaitu Aulia Adam (reporter Tirto.id) dan Gloria Fransisca (reporter Harian Bisnis Indonesia).