Hits: 88
Tasya Nandita
”Ini adalah sebuah perjalanan tentang bertahan hidup melalui puisi. Ini adalah darah, keringat, dan air mata selama dua puluh tahun. Ini hatiku yang sekarang ada di tanganmu. Ini tentang disakiti, dicintai, dihancurkan dan disembuhkan.” –Rupi Kaur,-
Jujur, sederhana, dan berani. Begitulah cara Rupi Kaur menggambarkan perjalanan hidup kaum perempuan yang mengalami cinta, kehilangan, trauma, kekerasan, penyembuhan dan feminis. Momen pahit dan manis tersebut dicurahkan dalam buku Milk and Honey, karya pertama dari Rupi Kaur. Rilis tahun 2014, novel ini menjadi #1 New York Times Best seller yang telah diterjemahkan dalam 30 bahasa dan terjual lebih dari 2,5 juta kopi.
Milk and Honey tidak seperti kebanyakan novel lainnya. Terdiri dari empat bab yaitu the hurting, the loving, the breaking, the healing, semuanya dirangkai semanis mungkin dalam bentuk curhatan puisi yang menyentuh hati. Kaur memulai ceritanya dengan tindakan pelecehan yang dialami seorang wanita untuk menyenangkan pria terdekatnya, yakni Sang Ayah.
Diam dan takut adalah dua hal yang pertama kali diajarkan oleh ayahnya jauh sebelum dia tahu apa itu makna dicintai dan mencintai. Di bab selanjutnya, dia mulai mengetahui bahwa seorang pria dan wanita bisa memiliki perasaan yang sama, cinta. Seperti nyata tergambarkan, gejolak cinta penuh drama tentang dua sejoli yang terikat dalam sebuah ikatan tali kasih.
Novel ini menggiring pembacanya untuk dapat melalui rasa sakit dan penyembuhan hati seorang perempuan. Milk and Honey memang berbau feminis, tetapi memiliki tujuan bagaimana seorang perempuan harus memahami dan menghargai. Juga memaknai tentang mempertahankan dan merelakan, belajar realistis dalam memilih, walaupun itu nantinya akan menyakiti kita, para pencinta.
Kepergian seseorang ternyata memang menjadi jalan yang terbaik. Kehilangan justru menyadarkan siapa kita sebenarnya, dan sebelum mencintai orang lain, sedari awal kita harus mencintai diri sendiri. Seperti indahnya kata-kata cinta yang dirangkai dalam sepotong puisi Milk and Honey halaman 180:
I have
What i have
And i am happy
I’ve lost
what i’ve lost
And i am
Still
Happy
Terlepas dari apa yang ada di dalam Buku Milk And Honey, nyatanya Rupi Kaur memiliki kehidupan yang jauh berbeda. Kaur merupakan wanita berbakat kelahiran Punjabi, India, yang mewarisi kemampuan sang ibu dalam hal menggambar dan melukis. Terinspirasi oleh Anais Nin, Virginia Woolf, Warsan Shire, dan kitab-kitab suci dalam Sikhisme, kegemarannya dalam menulis dimulai ketika ia masih muda.
Kaur dalam karyanya, memang menempatkan perempuan sebagai subjeknya. Karirnya yang dimulai dari seorang penulis puisi di media sosial seperti instagram dan tumblr menuntunnya kepada Buku Milk and Honey.
Ia berkata bahwa pemberdayaan adalah hal yang paling disukainya dalam menulis. “Hal itu seperti menjadikanku sahabatku sendiri dan memberi diriku nasihat serta saran yang kuperlukan,” ujar Rupi Kaur dilansir dari wikipedia. Rupi telah dikontrak untuk merilis dua buku dengan Andrews McMeel Publishing dan Schuster Canada. Setelah Milk and Honey, buku kedua Kaur yang berjudul “The Sun and Her Flower” telah dirilis pada tahun 2017 silam.
(Redaktur Tulisan: Viona Matullessya)