Hits: 354

Yohana Syuhaya

Pijar, Medan. Apakah yang terlintas dibenak sobat Pijar ketika mendengar kata ombus-ombus? Mungkin cita rasa yang manis, kue tradisional dari ranah batak atau bisa saja karena bentuknya yang segitiga dan dilapisi oleh daun pisang? Kapankah terakhir kali sobat Pijar merasakan atau menikmati kue ini? Apakah sobat Pijar mengetahui sejarah dari kue ini? Yang mungkin saja berhubungan erat dengan kehidupan kita saat ini. Bagaimana cara membuatnya?

Ombus-ombus adalah makanan, kue atau jajanan tradisional yang terbuat dari tepung beras, kelapa muda parut, gula pasir, garam dan gula merah yang dibalut dengan daun pisang. Seperti yang telah kita ketahui kue ombus-ombus memang berasal dari ranah batak tepatnya di kota Siborong-borong, Tapanuli Utara. Sedikit kembali ke masa lampau pada saat itu tahun 1940 seorang pedagang asal Batak bernama Musik Sihombing, membuat usaha kue ini di rumahnya Jalan Balige Pusat Pasar Kecamatan Siborong-borong. Ombus-ombus awalnya diberi nama Lappet Bulung Tetap Panas. Pada saat itu kue lappet merupakan dagangan yang menjanjikan karena banyaknya peminat. Setelah meninggalnya Musik Sihombing, Lappet Bulung tetap memiliki penikmat setianya, usaha ini dilanjutkan oleh warga lainnya. Anggiat Siahaan ialah salah satu warga yang menilai lappet termasuk usaha menguntungkan. Ia pun mulai mengikuti jejak Alm. Musik Sihombing dengan menjajalkan Lappet Bulung Tetap Panas dengan berkeliling kampung menggunakan sepeda.

Namun, Anggiat Siahaan merasa nama makanan ini terlalu panjang sehingga sulit untuk menyebutkan nama penganan ini. Hal inilah yang memicu ide kreatifnya untuk mengevaluasi nama Lappet Bulung Tetap Panas menjadi “Ombus-ombus No.1”. Adapun arti dari kata ombus-ombus sendiri adalah meniup, itulah filosofi yang dikenal sampai sekarang.

Kue tradisional ini bisa ditemui pada acara seremonial adat Batak, walaupun seperti itu kita juga dapat membeli kue ini di pasaran. Namun keeksisan jajanan tradisional ini sudah mulai meredup karena digempur dengan berbagai jajanan modern yang lebih diminati oleh masyarakat, khususnya masyarakat Medan.

Memang jenis kue ini termasuk sulit untuk didapatkan di pasaran. Namun kita bisa memasaknya jika ingin menikmatinya. Caranya tidak sulit cukup masukkan tepung beras, kelapa muda yang telah diparut dan juga garam. Aduk sampai merata dan adonan berbutir-butir. Lalu Ambillah daun pisang dan bentuk menyerupai kerucut kecil. Letakkan satu irisan daun pandan, adonan sebanyak 1 sendok makan, gula merah sebanyak 1/2 sendok teh dan yang terakhir tambahkan tepung ketan. Kemudian kukuslah adonan kue yang telah dibungkus rapat.

Jadi jika kita memang ingin menyantapnya tidak perlu repot untuk mencarinya di pasaran karena kita bisa membuatnya di dapur sendiri dengan cara yang telah dijelaskan di atas. Selain melestarikan kue tradisional dari tanah kita sendiri, kita juga dapat memperkenalkan nilai sejarah yang terkandung di balik kue. Dengan mengkonsumsi makanan sejenis kue ini kita bisa menikmati penganan yang lebih sehat dan higenis. Tunggu apalagi Sobat Pijar, kalau tidak dimulai dari kita sendiri maka budaya akan terkikis oleh kerasnya budaya lain yang masuk ke ranah kita. Bagaimana sobat pijar tertarik untuk mencicipinya? Selamat Mencoba.

Leave a comment