Hits: 4

Oleh : Rizka Sitanggang

 

Malam hangat kaki-kaki lima.

Sorot tajam Ibukota, tak kalah gemercik sisa air hujan.

Merembes di rumah susun sewaan semalaman.

Kita, memilih 1×24 jam untuk menuai mesra.

Merangkul rasa rindu tiga tahun gagal berkisah.

 

Malam hangat kaki-kaki lima.

Kau, kalahkan takutku sedetik lebih cepat.

Dari apa-apa yang kukecap, caramu begitu padat.

Nyaris aku mengagumi tiap detik malam itu.

Hanya sekadar mampir menoleh wajahmu.

 

Malam hangat kaki-kaki lima.

Hitunganku tak salah, tebakanmu tidak meleset.

Dalam segala keberuntunganku, boleh jadi ini klise syukurku.

Hujan tidak hujan, nurani kita bercerita.

Sekelebat dentingku mendoakan.

“Semoga ini bukan kejutan sederhana terakhir-Nya”

 

Malam hangat kaki-kaki lima.

Terima kasih atas sebenar-benarnya bertemu.

Terima kasih atas sesungguh-sungguhnya bertarung pada waktu.

Terima kasih atas sebanyak-banyaknya kerucut do’a kala mengadu.

Ibukota bersaksi, kaki-kaki lima bernyanyi selajur rasa.

“Sepasang anak muda sedang menyusun janji, maka diamlah kita”

 

Jakarta, Oktober 2013

 

Leave a comment