Hits: 62
Dita Andriani
Pijar, Medan. Indonesia adalah salah satu negara agraris, dimana memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan wilayah yang cukup luas. Tanah Deli adalah daerah Indonesia yang dikelilingi oleh perkebunan. Maka dari itu, ini adalah waktu yang tepat untuk membuat museum perkebunan, agar anak cucu kita tahu bagaimana sejarah agraris yang ada di Indonesia.
Museum perkebunan yang berada di Jalan Brigjen Katamso Nomor 53 Medan, resmi dibuka pada 10 Desember 2016 lalu. Museum ini merupakan bagian dari Kantor Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Sumatera Utara yang didirikan tahun 1971. Museum ini menjadi satu satunya museum perkebunan yang ada di Indonesia. Sehingga kita perlu berbangga hati untuk mempelajari lebih mengenai sejarah agraris.
Mengusung tema “Connecting the Past to the Future”, diharapkan masyarakat dapat menjadikan media pembelajaran perkebunan dari waktu ke waktu. Dengan menciptakan pemahaman akan pentingnya perkebunan dalam pembangunan bangsa.
Museum ini memiliki artefak perkebunan berupa alat timbang, perlengkapan alat perkebunan, pesawat terbang, komoditas perkebunan maupun kereta api. Semuanya digunakan untuk kepentingan perkebunan pada masanya. Tidak hanya artefak, tetapi terdapat juga 3D trick eye agar masyarakat yang berkunjung dapat berfoto.
Museum yang dibuka untuk umum ini telah mencapai rekor pengunjung terbanyak selama dua bulan awal masa bukanya. Tidak hanya masyarakat yang penasaran akan sejarah saja yang berkunjung, tetapi juga anak sekolah sebagai tambahan ilmu sejarah.
Mendapatkan ilmu dari museum ini tidaklah terlalu mahal. Cukup membayar Rp.8.000,- kita telah melihat benda-benda perkebunan yang digunakan pada zaman dahulu hinga zaman sekarang. Karena banyaknya pengunjung, maka Museum dibuka pada hari Selasa-Minggu mulai pukul 09.00-15.30 WIB.
Pram selaku pengelola berharap, masyarakat mendapatkan manfaat dari museum ini dan berpartisipasi untuk melestarikan sejarah, serta dapat membantu masyarakat mendapat pengetahuan lebih sebagai pembelajaran sejarah perkebunan. Sehingga kedepannya akan banyak inovasi dan kerjasama lainnya yang bermanfaat untuk masyarakat.
Disini, kita tidak hanya melihat sejarah tetapi juga dapat membuat coklat secara langsung. Harganya pun beragam, mulai dari Rp.3.000-Rp.13.000,-. Tetapi Anda tidak perlu khawatir, dengan merogoh kocek lebih anda telah mendapatkan penjelasan mengenai unit dan proses produksi, mencetak coklat yang dapat dibawa pulang, dan satu buah produk roti.
Untuk Anda yang mencari tempat rekreasi sekaligus edukasi dan tempat jalan-jalan berbeda, ini adalah tempat yang tepat untuk dikunjungi. Selain harganya yang terjangkau, banyak ilmu yang bisa dipelajari dalam sekali kunjungan.
1 Comment
pram
terima kasih.. mantafff nama PPKS sebelumnya Algemene ProefStation Der AVROS (A.P.A) didirikan 1916