Hits: 670
Alfi Rahmat Faisal
Isi kepalamu sesak oleh kata-kata
Tidak ada tempat tersisa untuk menyimpan apapun lagi
Katamu, sesekali kau mengajakku memasuki tempat itu
Barangkali aku bisa memungut satu atau dua kata disana
Atau tidak sama sekali
Disuatu sudut
Lembaran-lembaran kata membaca dirinya sendiri
Barangkali pikiran dan perasanmu sedang meraba-raba laci dan kardus
Apa yang harus dibuka
Laci ingatan atau kardus kenangan
Keduanya tidak merubah apapun
Dadamu sesak sebab kenangan tidak bisa kau buang
Kau hanya bisa lupa ingatan namun tidak lupa kenangan
Di suatu pagi
Entah kau terbangun dengan mata berkaca-kaca
Dinding-dinding kesedihan dan reruntuhan
Kepedihan menyaksikanmu tumbuh sebagai anak laki-laki
Yang tak mampu menangisi dirinya sendiri
Kau terbangun disuatu malam dan diluar hujan
Matamu memaksa agar anak kecil di dalam dirimu tetap terjaga
Bau basah mengekalkan ingatanmu akan kenangan masa kecil
Kau menemukan dirimu membenci perubahan
membenci cuaca sebab ia gampang berubah
menyukai hujan sebab ia tidak mudah ditebak.
Di saat yang sama isi kepalamu menerka cuaca
barangkali hujan telah gagal dibaca musim, katamu.
Sementara musim beranjak
Kita menjadi simulakra
Kiranya kau hujan
Sebab aku hanya payung yang menanti basah di kedua pipimu