Hits: 85
Alfi Rahmat Faisal
Judul : Supernova#5 (Gelombang)
Penulis : Dee Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal : 492 Halaman
Rate : 7/7
“Hutan dapat mengubah seseorang dalam sekali sentuhan. Siapa pun yang mengenal hutan dengan cukup dalam akan paham. Tak terkecuali Gio”—Gelombang Hal. 1
Gelombang. Seri ke-lima novel Dee Lestari ini mengawali kisahnya oleh tokoh Gio yang mencari Diva di belantara terpencil jantung Amazon. Genap empat puluh hari Diva lenyap di belantara amazon tanpa jejak. Gio yang awalnya tidak dapat menerima kenyataan bahwa pencariannya akan sia-sia akhirnya harus mengakui bahwa semua telah berakhir. Dua kata bagi Gio agaknya sudah cukup untuk menghentikan usahanya. Disebuah gang kecil di pusat kota Cusco, Gio menyerah setelah mendengar Diva berbisik: se acabo. Sudah berakhir. Di Cusco, Gio bertemu kembali dengan laki-laki misterius yang pernah memberinya empat buah batu di Vellengrade. Gio bergeming.
Di belahan bumi lain, satu dekade sebelumnya. Sianjur Mula-Mula, sebuah desa di pedalaman tanah batak, Alfa yang akrab disapa Ichon menyaksikan ritual besar itu. Suara Gondang melebur dengan tiupan serunai bapak membuat bulu kuduknya berdiri. Eten dan Uton, sudah biasa menyaksikan, tapi bagi Ichon malam itu menjadi awal petualangan panjangnya. Dalam kegelapan, di tiang penyangga rumah sosok hitam besar dengan manik kuning menyala menampakkan diri. Ompu Togu Urat, dukun sakti desa itu menyebut makhluk misterius itu si Jaga Portibi.
Peristiwa malam itu menggemparkan satu kampung. Mulai dari cakap senja, Ompu Togu Urat ingin mengangkat Ichon sebagai murid lantas memberikan dua gugus batu yang dibungkus kain hitam bak jimat. Tak lama berselang datang pula Ompu Ronggur dari Tao Silalahi yang berniat sama. Alfa pun dibuat bingung siapa yang harus dia pilih sebagai guru Ompu Togu Urat atau Ompu Ronggur dari Tao Silalahi yang datang secara tiba-tiba?
Keputusan besar harus diambil keluarga Alfa. Mereka memilih pindah ke Jakarta. Namun garis tangan Alfa berkata lain, jalan hidup alfa mulai berubah drastis. Takdir menghempaskan Alfa ke New York, kota yang tak pernah tidur. Karir cemerlang Alfa kembali membawanya persimpangan kedua. Disini Alfa mulai menyadari kehadiran Peretas, Infiltran, atau sarvara. Jawaban demi jawaban mulai terkuak.
**
Tak perlu diragukan lagi seorang Dee Lestari membangun sebuah cerita yang luar biasa. Jika dilihat dari awal serial supernova, Dee sukses membangun genre yang konsisten. Mitologi, misteri, supranatural, drama, lalu kali ini Dee mencoba mengembangkan gaya cerita yang lebih mengarah ke arah surealis. Alur yang dibangun juga cukup menarik. Dimulai dengan alur yang misterius, lalu beranjak dengan drama dengan membumbui sedikit romansa dan humor, lantas di akhir Dee menyuguhkan bagian-bagian akhir yang mengundang penasaran namun perlahan memberikan anti klimaks yang tepat untuk melengkapi mata rantai Supernova yang telah dibangun dengan cukup apik dari seri pertama.
Gelombang yang merupakan lanjutan dari Partikel ini menampilkan sosok Alfa sebagai karakter utama. Ia mengangkat kepercayaan suku Batak dengan mitologi-mitologinya yang mungkin banyak tidak diketahui orang sebagai latar belakang seorang Alfa. Kalimat demi kalimat yang dirangkai Dee mempunyai isi dengan gaya penulisan yang benar-benar berbeda. Pantas saja Dee mendapat pujian bertubi-tubi dari GM dalam buku filosofi kopi.
Kehadiran Alfa semakin menambah dinamika dari serial Supernova sebelumnya. Namun tokoh Alfa yang dibangun masih kalah menarik dibanding seri sebelumnya menampilkan tokoh Bodhi dengan segala lika-liku perjalanannya ataupun Elektra dengan segala kekonyolannya. Namun terlepas dari itu semua, kejelian Dee membentuk seorang karakter “oneironaut”, (penjelajah mimpi) menambah Gelombang makin memikat.
Terlepas kesan yang tidak saya sukai mengenai karakter, saya selalu mengagumi setiap jengkal penggambaran latar yang coba dibangun oleh seorang Dee. Mulai dari suasana pedesaan yang asri dengan kontur masyarakat yang masih memegang teguh budaya kearifan lokalnya hingga penggambaran hiruk-pikuk seperti New York atau masyarakat Tibet atau dimanapun tempat yang disinggahi Alfa, dalam hal ini Dee punya cara berbeda mendeskripsikan unsur-unsur instrinsik maupun ekstrinsik dan membungkusnya hingga terasa lebih nyata dan alami.
Secara keseluruhan “Gelombang” benar-benar menggoda. Mungkin terdapat keterbatasan dari segi karakter jika dibandingkan dengan karakter sebelumnya. Namun dari segi konsep, isi, maupun latar, “Gelombang” hadir dengan gaya baru dan konsep yang bisa dikatakan luar biasa dan jarang terpikirkan oleh penulis lainnya. “Gelombang” adalah karya yang mengobrak-abrik imaji dengan perpaduan mitologi unik dan petualangan seru yang menembus alam spiritualitas.
7/7 untuk imajinasi tinggi Dee Lestari. Tidak sabar menanti “Intelegensi Embun Pagi”.
Well done Dee..