Hits: 47
Najla Khairani
Pijar, Medan. Universitas Sumatera Utara (USU) telah memulai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2025 yang diikuti 38.133 peserta, meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 37.169 peserta. Namun, pada hari kedua pelaksanaan, terungkap kasus kecurangan terorganisasi.
Rektor USU, Muryanto Amin, menerangkan bahwa kronologi kejadian tersebut berawal dari salah satu peserta yang melaporkan gerak-gerik mencurigakan peserta lain kepada pengawas.
“Awalnya, ada peserta yang tidak terlibat kecurangan melihat gerak-gerik mencurigakan peserta di sebelahnya, lalu melaporkannya kepada pengawas. Peserta yang dicurigai tersebut kemudian dibawa ke kantor pusat ujian untuk dimintai keterangan,” ujarnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan bahwa pelaku menggunakan alat bantu seperti kamera tersembunyi di bingkai kacamata dan mikrofon kecil. Di sejumlah lokasi lain di luar USU, modus serupa juga ditemukan dengan menggunakan kamera tersembunyi di behel gigi dan kancing baju. Namun, kecurangan tersebut sempat luput dari pemeriksaan detektor logam.
Berdasarkan laporan itu, peserta yang dicurigai langsung diamankan dan diserahkan kepada pihak kepolisian untuk diwawancarai. Ia mengakui masih ada rekan-rekan lain yang terlibat. Setelah penyelidikan lanjutan, total tujuh orang telah ditahan dan kasusnya masih dalam penanganan polisi.
Para pelaku diketahui berasal dari luar daerah dan memalsukan identitas peserta ujian untuk mengikuti ujian di USU. Mereka menggunakan alat bantu komunikasi yang berukuran sangat kecil, hingga tidak dapat terdeteksi oleh detektor logam. Selain di USU, praktik serupa juga ditemukan di kota lain, seperti Bandung dan Balikpapan, dengan menunjukkan adanya pola perjokian secara nasional dengan modus baru.
Muryanto mengaku regulasi yang diterapkan USU sudah mengacu pada pedoman nasional. Kasus ini pun akan menjadi bahan evaluasi bersama panitia pusat untuk memperkuat sistem keamanan SNBT ke depannya. Namun, regulasi tersebut tidak mencakup jalur mandiri karena seleksi sepenuhnya menjadi wewenang masing-masing perguruan tinggi, seperti Seleksi Mandiri Masuk (SMM).

(Sumber Foto: usu.ac.id)
Panitia Seleksi Nasional mengevaluasi sistem keamanan, termasuk meningkatkan sensitivitas detektor logam terhadap berbagai bentuk kecurangan teknologi canggih saat ini.
“Pada bulan Oktober mendatang, panitia pusat mengarahkan kepada setiap universitas agar melakukan tindakan tegas terhadap segala bentuk modus kecurangan yang dilakukan para peserta atau joki. Hal ini menjadi pelajaran penting agar ke depan metal detector dan sistem pengawasan lebih sensitif,” tegas Muryanto.
Dilansir dari website resmi USU, Muryanto juga mengingatkan pentingnya menjunjung kejujuran dalam setiap ujian. Beliau menegaskan bahwa UTBK merupakan ujian kejujuran dan pembentukan karakter, bukan semata-mata tentang kemampuan akademik. Kelulusan yang diperoleh dengan cara curang tidak akan memberikan manfaat yang berarti bagi diri setiap orang.
(Redaktur Tulisan: Michael Sitorus)