Hits: 36
Rifki Partogi Situmorang / Hana Anggie Sachari Pasaribu
Pijar, Medan. Cabang olahraga angkat besi adalah salah satu cabang olahraga yang kerap mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Cabang olahraga angkat besi sering kali dipertandingkan pada festival olahraga nasional maupun internasional.
Beberapa waktu lalu, nama Nurul Akmal kembali dibicarakan karena berhasil membawa pulang medali emas pada kompetisi PON XXI Aceh–Sumut 2024. Ia juga memecahkan rekor PON pada angkatan clean and jerk dengan total beban 143 kg, mengungguli rekor sebelumnya yang mencapai angka 142 kg. Lantas, siapakah Nurul Akmal?
Nurul Akmal adalah seorang atlet angkat besi atau lifter yang berasal dari Aceh, Indonesia. Ia lahir di Banda Aceh pada 12 Februari 1993. Perempuan berusia 31 tahun yang kerap disapa Amel ini berhasil membawa nama Aceh dan Indonesia memenangkan berbagai kompetisi angkat besi di tingkat nasional dan internasional.
Amel pernah meraih medali emas dalam perlombaan angkat besi kelas +90 kg Putri di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, juga medali perunggu kelas +87 kg pada Qatar Cup 2019 Doha. Tidak hanya itu, ia juga merupakan peraih medali perak kelas +71 kg pada SEA Games 2021 Vietnam dan SEA Games 2023 Kamboja. Ia juga sempat meraih medali perunggu kelas +87 kg pada Asian Championships 2024 Tashkent, Uzbekistan, sebelum memenangkan PON di tahun yang sama.
Amel juga pernah menduduki peringkat ke-5 dari seluruh negara dalam Olimpiade Tokyo 2020 untuk cabang olahraga angkat besi kelas +87 kg. Amel berhasil memperoleh catatan di posisi ke-5 pada grup A dengan melakukan angkatan 115 kg di snatch dan 141 kg di clean and jerk untuk mencatat 256 kg. Walaupun belum berhasil membawa pulang medali, tetapi Amel mampu mengalahkan sekian ratus peserta dari berbagai negara.
Semua prestasi dan pencapaian Amel tidak didapatkannya dengan mudah. Ia melewati berbagai tantangan dalam menjalani kariernya di dunia olahraga angkat besi. Melansir situs fimela.com, Amel memulai kariernya menjadi atlet pada tahun 2010, ketika ia masih kelas 1 SMA. Pada masa itu, cabang olahraga angkat besi belum begitu terkenal, terutama di Aceh, tempat asalnya.
Beruntungnya Amel, terdapat perwakilan dari Dispora Aceh yang mencari bibit-bibit atlet angkat besi di daerah pelosok. Pelatih angkat besi Aceh, Effendi Aria, melihat potensi Amel sebagai atlet angkat besi, sehingga mengenalkan olahraga ini kepadanya. Amel tak langsung dilatih mengangkat besi. Ia diberi pelatihan awal mengangkat beban dengan menggunakan paralon dan gagang sapu yang diberi beban berat beberapa kilogram.
Karena tekun dan terus berlatih, Amel akhirnya memantapkan diri untuk menjalani rutinitas dan profesi sebagai atlet. Begitu pun, Amel tak lantas mendapatkan restu ayah dan ibunya. Perlahan, Amel akhirnya mampu meyakinkan kedua orang tuanya dengan menjelaskan keseriusannya untuk menjalani karier sebagai atlet.
Sepanjang perjalanannya sebagai atlet, keraguan sempat menghampiri Amel. Apalagi ketika dihadapkan pilihan antara pendidikan atau karier sebagai lifter. Saat itu, Amel memang menjalani hari-harinya sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes), sekaligus aktif sebagai atlet dengan rutin melakukan latihan setiap hari.
Sebagai jalan tengah, Amel akhirnya mengambil cuti perkuliahan selama dua semester demi fokus berlatih untuk kejuaraan. Ia menyadari, bahwa ada hal yang harus direlakan jika ingin serius berkarier sebagai lifter. Setahun berlalu dan Amel kembali melanjutkan perkuliahannya. Kini, ia sudah berhasil menamatkan masa pendidikannya di universitas, serta mendapatkan kemudahan dalam menapaki kariernya berkat pengorbanan yang ia lakukan sebelumnya.
Keluarga merupakan motivasi utama Amel dalam menjalani kariernya, terutama ayah dan ibunya. Sekalipun ada rasa tak yakin akan diri sendiri dan ingin menyerah, tetapi ia tak pernah bosan untuk memotivasi dirinya dan memikirkan kembali tujuan awal untuk menjadi atlet, yaitu membahagiakan keluarganya. Oleh karena itu, sekeras apapun rintangan menghadang, Amel tak pernah menyerah. Wah, kegigihan yang sungguh luar biasa. Patut diacungi jempol, bukan?
(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)