Hits: 29
Magnifier Publisher
Pijar, Medan. Tim Pengabdian Masyarakat FISIP USU yang diketuai Iskandar Zulkarnain dan beranggotakan Farida Hanim serta Arief Marizki Purba melaksanakan Pelatihan Literasi Digital di SMA Negeri 1 Berastagi.
Kegiatan ini mengusung tema “Pelatihan Literasi Digital bagi Remaja Pengguna Media Sosial”. Dilakukan untuk mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan khusus remaja yang merupakan digital native serta memiliki risiko kecanduan internet di era digital sekarang.
Melalui pre-test yang dilakukan terdapat hasil bahwa mayoritas peserta merupakan pengguna aktif media sosial. Di mana tiga media sosial teratas, yakni Instagram, WhatsApp, dan TikTok digunakan untuk berkomunikasi, berinteraksi, mencari informasi, serta sebagai sarana hiburan oleh para peserta.

(Sumber foto: Dokumentasi Pribadi Magnifier Publisher)
Tim juga mengetes tingkat pengetahuan peserta mengenai istilah-istilah kejahatan yang terjadi di media sosial seperti hoax, cyber bullying, hate speech, dan scamming. Hasilnya menunjukkan sebanyak 61,8% peserta hanya mengetahui beberapa istilah sebagai kejahatan di media sosial. Mereka mengungkapkan kata-kata tersebut masih terdengar asing dan belum mengetahui maknanya.
Selanjutnya, peserta diberikan contoh tindakan yang termasuk cyber bullying. Sebanyak 84,2% sepakat bahwa semua contoh yang ditampilkan termasuk pada perilaku cyber bullying. Namun, 15,8% lainnya beranggapan hanya sebagian tindakan saja yang termasuk kategori cyber bullying.
Hasil pre-test juga menunjukkan sebanyak 32,9% peserta pernah melakukan tindakan cyber bullying, seperti penggunaan kata-kata kasar, mengunggah foto atau video yang mempermalukan seseorang, dan membajak akun media sosial.
Lalu, peserta diperkenalkan dengan adanya peraturan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur tentang penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik. Ternyata, sebanyak 64,5% peserta mengaku belum mengetahui dan mendengar tentang UU ITE.
“Dari hasil pre-test awal, 50% lebih para pelajar memang belum memahami apa itu literasi digital. Dalam praktiknya mereka menggunakan handphone, ada yang mengaku kurang lebih 40 sekian persen menunjukkan bahwa mereka pernah melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam bentuk kurang beretika. Misalnya masih memposting tentang perundungan terhadap temannya,” ujar Iskandar.
Salah satu peserta kegiatan, Nadya Afianta Tarigan, mengaku senang dengan kuis yang diberikan.
“Kesan saya seru banget, sih. Apalagi abang-abang dan kakak-kakaknya baik-baik, ramah. Terus paling seru bagian kuisnya, sih karena menantang kita banget. Apalagi kuisnya tentang penalaran umum. Jadi selain seru, kita juga dapat tambahan wawasan. Kita juga dikasih nasihat-nasihat yang berguna buat kita,” ucapnya.
Iskandar Zulkarnain berharap remaja di SMA Negeri 1 Berastagi tidak hanya dapat meningkatkan ketahanan digital pribadi. Namun, dapat berperan sebagai agent of change bagi masyarakat sekitar, terutama pada sesama remaja di lingkungannya.
“Literasi digital ini memberikan manfaat tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk semua masyarakat, untuk bangsa kita. Mari kita terus tingkatkan. Harapan yang kami inginkan dari pada generasi muda bahwa teknologi informasi dan komunikasi itu diciptakan oleh manusia. Dengan harapannya adalah dapat membantu kemaslahatan atau kehidupan manusia menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupannya,” pungkasnya.