Hits: 25
Adinda Mustika Sari
Seorang pemuda bernama Raja duduk di bawah pohon yang cukup melindungi dirinya dari panasnya sinar matahari yang sangat terik, terlihat jelas wajah lelahnya.
“Hari ini, udah 10 perusahaan yang nolak aku,” ucapnya miris.
Raja melihat isi dompetnya yang tersisa hanya uang 20 ribu r
upiah, satu tetes air mata berhasil lolos membasahi pipinya. Bahkan membeli minum untuk sekadar membasahi dahaganya saja ia tidak mampu. Karena uang yang dia miliki saat ini hanya cukup untuk ongkos pulang naik angkot.
Raja pun memutuskan untuk kembali pulang, ia akan melanjutkan misinya mencari kerja besok lagi. Namun, pada saat berjalan menuju arah terminal, dari arah berlawanan terlihat seseorang sedang berlari dengan sangat cepat hingga menabrak tubuh Raja.
“Heh!! Copet lu, ya!” ucap Raja keras. Menatap ke arah seorang pemuda yang berpenampilan seperti preman.
“Balikin!” ucap si copet marah saat Raja lebih dulu meraih tas hitam tersebut darinya.
“Gak!! Lu copet, kan?” hal itu sontak membuat si copet marah dan langsung memberi serangan kepada Raja. Untung saja Raja memiliki kemampuan bela diri sehingga bisa melakukan perlawanan dengan copet tersebut. Raja menghajar copet tersebut hingga terkulai lemas, copet tersebut pun memilih untuk pergi sebelum mati di tangan Raja.
“Lah, ini tasnya gimana? Atau aku buka aja kali ya? Tapi ntar aku dikira lancang lagi buka barang orang. Tapi kalau gak aku buka, aku gak tahu mau balikin ini tas ke mana,” ucapnya lagi dengan kebimbangan.
Raja membelalakkan matanya saat melihat isi dari tas tersebut. Terdapat gepokan uang dan berkas-berkas di dalamnya. Raja terpaku saat melihat uang dalam tas tersebut. Raja berusaha mencari identitas dari pemilik tas. Terlihat ada sebuah map yang berisi tentang data sebuah perusahaan seperti laporan keuangan.
“Di-to At-ma-ja,” ejanya pada bagian bawah tanda tangan di lembar awal. Ia menelusuri bagian tas kertas yang terdapat nama perusahaan, tertulis jelas PT ATMAJAYA. Itu adalah nama perusahaan yang Raja impikan. Ia berniat untuk berjalan menuju perusahaan tersebut yang jaraknya sudah hampir dua kilometer dari tempatnya saat ini.
Saat berjalan badan Raja mulai terasa lemas. Ia sangat butuh asupan makan dan minum saat ini. Raja pun memutuskan untuk makan terlebih dahulu menggunakan uangnya yang tersisa. Untuk ongkos pulang, biarlah ia pikirkan nanti.
***
“Pak, tolong izinkan saya masuk. Saya ada urusan penting dengan Pak Atmajaya!” teriak Raja yang tubuhnya sudah ditarik-tarik ke luar oleh dua satpam.
“Halah! Jangan modus kamu!” kedua satpam tersebut terus berusaha menyeret Raja ke luar dan ia terus melakukan pemberontakan sehingga membuat keributan.
“ADA APA INI!” teriakan tegas Anton menghentikan mereka.
“Pemuda ini ngaku-ngaku ada kepentingan dengan Pak Dito, Pak. Dia terus memaksa masuk, Pak,” kata salah satu satpam.
“Pak, saya mohon, izinkan saya. Ada hal penting yang harus saya sampaikan, Pak. Saya mohon,” Anton melihat Raja sejenak, kemudian mengangguk.
“Ikut saya,” perintah Anton kepada Raja.
***
“Permisi, Pak,” ucap Anton.
“Oh, Anton. Kamu sudah kembali? Bagaimana?” tanya Dito langsung bangkit menghampiri Anton, “Eh- siapa?” tanyanya saat melihat Raja.
“Maaf, Pak. Orang ini memaksa masuk ingin bertemu dengan Anda. Ada hal penting yang ingin ia sampaikan.”
“Apa?” tanya Dito.
“Saya mau mengembalikan tas milik Bapak. Maaf saya tadi sempat membukanya untuk mencari identitas pemiliknya, Pak.” ucap Raja sopan.
“Anton! Ini tasnya,” ucap Dito sumringah, “Terima kasih,” ia pun terharu. Dito bertanya kepada Raja, “Siapa namamu?”
“Raja, Pak,” jawab Raja sopan.
“Terima kasih, Raja. Kami sudah hampir putus asa mencari tas ini. Apakah kamu dapat tas ini dari pencopet?” tanya Anton. Anton menjawab dengan mengangguk.
“Wajahmu memar. Ayo kita obati dulu. Anton pesankan makanan untuknya!” kata Dito.
“Tidak perlu, Pak. Saya langsung balik saja,” ucap Raja.
“Ah, tidak, tidak. Ayolah istirahat sebentar dan biarkan lukamu diobati.”
Raja pun hanya pasrah mengikuti kemauan Dito. Mereka mengobrol dan Raja menjelaskan kejadian yang menimpanya hari ini.
“Kerjalah di sini Raja sebagai imbalan kamu yang sudah sangat membantu saya. Berkas itu sangat penting dan kamu menyelamatkannya,” jelas Dito.
“Beneran, Pak?” seru Raja. Anton mengangguk. “Ya Allah, alhamdulillah terima kasih banyak, Pak.”
Akhirnya, hasil dari kesabaran, kejujuran, dan kebaikan hati Raja terbayarkan. Ia pun bisa bekerja di tempat yang sangat ia impikan.