Hits: 69

Farah Asy-syifa

Pijar, Medan. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) mengadakan acara bedah buku Kulando Berkobarnya Perlawanan Tanah Mandailing karya Yandi Syahputra Hasibuan, seorang alumnus S2 Ilmu Sejarah USU. Kegiatan ini dilakukan di Ruang The Gade Creative Lounge, Perpustakaan USU, pada Senin (6/3/23).

Acara bedah buku kedua dari Perpustakaan USU ini menghadirkan Indah Wahyu Puji Utami, mahasiswi doktoral National Institute of Education, Nanyang Technological University Singapore sebagai pembahas 1 dan Arie Azhari Nasution, dosen Fakultas Ilmu Budaya USU sebagai pembahas 2.

Lewat pemaparannya, Yandi menjelaskan alasannya ingin menulis buku fiksi kesejarahan. Ia menganggap bahwa buku sejarah yang dikemas dengan fiksi akan lebih mudah dipahami oleh pembaca.

Misi Yandi dalam membiasakan pembaca dengan sejarah lewat buku fiksi kesejarahan dapat dirasakan langsung oleh Aisyah Zalfaa Ar Rahma, mahasiswi Prodi Ilmu Sejarah.

“Kalau secara saya sendiri ya, kan ini juga dari alumni sejarah, ya. Jadi kayak makin termotivasi gitu. Karena dari prodi saya sendiri lebih banyak orang yang nulis itu kan ilmiah gitu. Jarang ada yang nulis fiksi. Jadi kayak niatan saya itu makin termotivasi lagi untuk bisa menjadi penulis sejarah, tetapi yang lebih ke arah fiksinya gitu,” ujar Aisyah.

Kulando Berkobarnya Perlawanan Tanah Mandailing adalah novel sejarah yang menceritakan tentang triumvirat perantau (Sutan, Lagut, dan Parada) yang balik kampung ke Mandailing dan menemukan kampung halamannya menghadapi krisis yang parah akibat Belanda.

Bedah Buku Kulando - www.mediapijar.com
Suasana ruang TGCL saat acara bedah buku berlangsung.
(Fotografer : Farah Asy-syifa)

Laila Hadri Nasution selaku Kepala Perpustakaan USU mengungkapkan harapannya terkait manfaat acara ini. “Ya mudah-mudahan dari acara ini minat menulis mahasiswa itu meningkat, ini juga jadi motivasi dan meningkatkan minat baca juga,” ucapnya.

Mengenai pesan yang ingin Yandi sampaikan kepada pembaca, ia berharap pembaca dapat belajar dari sejarah dan meningkatkan kerja sama agar mampu menghadapi masalah yang nantinya.

“Pergerakan kebangsaan itu juga terjadi di daerah-daerah, tidak hanya di pulau Jawa seperti yang saya sebutkan di ‘Kulando’ begitu, di Mandailing juga terjadi pergerakan yang sama. Tetapi pergerakan itu mudah dipatahkan Belanda karena apa ya, kurang terorganisir begitu. Jadi untuk kita dalam untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi perlu kerja sama yang erat. Supaya lebih mudah untuk menghadapi masalah tersebut dengan mencari solusinya yang baik,” tuturnya saat diwawancarai langsung oleh Pijar.

Acara bedah buku ini turut dihadiri oleh Wakil Rektor 1 Universitas Simalungun, Ketua dan Sekretaris Program Studi dari Fakultas Ilmu Budaya USU, Kepala Program Studi Antropologi dan Sosiologi Universitas Malekussaleh (Unimal), jajaran staf Perpustakaan USU, dan puluhan mahasiswa Ilmu Sejarah USU.

(Redaktur Tulisan: Laura Nadapdap)

Leave a comment