Hits: 57
Aisha Tania Sinantan Sikoko
Pijar, Medan. Yayasan BITRA (Bina Keterampilan Pedesaan) Indonesia menyelenggarakan Seminar dan Expo Pangan Sehat Sumatera Utara 2022. Seminar ini bertajuk Menuju Kebijakan dan Inovasi Pangan Sehat Berkeadilan bagi Petani yang diadakan di Hotel Grand Kanaya Medan pada Selasa, (28/06/2022).
Acara ini mengajak masyarakat, para petani, dan terutama pemerintah selaku pembuat kebijakan untuk mendukung terlaksananya pertanian organik di Indonesia. Kegiatan pertanian Indonesia saat ini masih didominasi dengan sistem konvensional. Berbagai upaya dilakukan oleh BITRA untuk mendukung peralihan sistem demi menciptakan masyarakat petani yang lebih sejahtera dan aman dari dampak buruk bahan kimia.

(Fotografer: Aisha Tania Sinantan Sikoko)
Hambatan yang terjadi di lapangan salah satunya karena kurang dukungan dalam hal kebijakan dari level desa maupun provinsi, permodalan, serta sarana dan prasarana dari pihak pemerintah kepada petani organik. Hal ini berbeda dengan petani konvensional yang sudah mendapat dukungan penuh dari pemerintah.
“Kalau petani organik itu tidak didukung seperti petani konvensional mereka pelan-pelan akan tenggelam. Jadi, bagi pemerintah daerah, ya, harusnya memang semua pelaku pertanian organik di daerah manapun menurut saya betul-betul harus didukung dan dilindungi. Juga sarana prasarannya, disediakan, supaya mereka juga bisa berjalan cepat perkembangannya seperti petani konvensional. Kalau petani konvensional, kan pupuk disediakan, obat-obatan disediakan, kebijakannya diterbitkan, dilindungi, petani organik belum ada,” jelas Rusdiana selaku Direktur Pelaksana Yayasan BITRA Indonesia Medan.
Rusdiana mengutip ucapan dari salah satu narasumber yaitu Ir. Soekirman, yang mengatakan bahwa di negara lain gerakan pertanian organik ini datang dari masyarakat. Masyarakat selaku konsumen dengan memulai gaya hidup mengonsumsi produk organik supaya petani organik dapat berkembang dan sejahtera seperti petani konvensional.
“Gerakan menyadarkan konsumen mengonsumsi bahan organik itu penting. Mulailah kampanye itu dari keluarga kita,” tambah Rusdiana.
Selain BITRA, Apni Naibaho selaku Duta Petani Muda 2016, anggota Aliansi Organis Indonesia (AOI), juga pendiri Siantar Sehat (Sise), sebuah kelompok usaha sayuran organik dari Pematangsiantar turut meramaikan acara dengan memamerkan produk organik mereka. Apni yang merupakan lulusan jurusan Ekonomi memilih fokus pada bidang pertanian dan mengikuti kursus pertanian organik di Sentul, Bogor.
Apni sebagai bagian dari masyarakat telah berupaya menggerakkan petani organik di Pematangsiantar. Namun, hal ini ternyata tidak semudah yang ia bayangkan, seperti di Pulau Jawa karena sulitnya mengubah mindset dari para petani konvensional. Oleh karena itu, selain dukungan pemerintah dan masyarakat, dukungan dari para petani untuk bertransisi juga diperlukan.
“Saya sewa lahan di sekitar petani untuk mereka ikut dan saya juga memberdayakan mereka untuk bantu saya bekerja di lahan saya, tapi caranya saya yang ajarin. Nah, lama-lama kan mereka lihat tapi ternyata gak ada yang tertarik. Mereka gak segampang itu mau ngikutin walaupun udah lihat bukti,” ungkap Apni.
Acara ini dihadiri oleh 150 peserta dari kelompok petani dan penyehat dampingan BITRA Indonesia, dinas pemerintah terkait, mitra Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta pelaku UMKM.
Rangkaian kegiatan diisi dengan pemaparan materi oleh narasumber yang beragam meliputi Ir. Soekarmin selaku pembina Yayasan Bitra Indonesia dan Ambasador Organik Indonesia, Dr. Ir. Nurhaedah selaku perwakilan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara, dan Riamah Simanjutak yang merupakan ketua kelompok tani dan penggerak pangan sehat asal Kabupaten Simalungun.
Selain pemaparan materi, acara ini ditutup dengan pameran produk organik dari berbagai daerah, kelompok usaha, serta lembaga di Sumatra Utara.
(Redaktur Tulisan: Lolita Wardah)