Hits: 51
Lolita Wardah
Pijar, Medan. Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Ingggris Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya mengadakan webinar menulis dengan tajuk “Creating a Creative and Innovative Idea in Writing an Argumentative Essay for Competition Purpose”, Sabtu (25/09/2021) pagi melalui Zoom. Webinar yang dihadiri oleh 200 peserta ini menghadirkan M. Alzaid Ponka sebagai pemateri.
Alzaid mengungkapkan, ide adalah fondasi dalam menulis esai. Ia pun mengatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan untuk menemukan ide adalah mencari masalah.
“Masalah yang ada dapat berupa SDGs yaitu 17 tujuan pembangunan berkelanjutan, kemudian masalah yang mendesak atau viral secara nasional atau di daerah yang memiliki dampak bagi orang di sekitar. Kemudian, dapat juga masalah yang berasal dari bidang studi yang dipelajari,” terangnya.
Tahap yang selanjutnya adalah ATM, yaitu Amati, Tiru, dan Modifikasi. Ia mengungkapkan, setelah menemukan ide, tahap ATM ini adalah tahap yang paling mudah untuk dikerjakan.
“Menurutku ini yang paling simpel, karena kita di sini hanya melihat suatu fenomena dan kita tiru kemudian dimodifikasi,” jelas Alzaid.
Alzaid pun menekankan, jika kebanyakan orang akan berpikir bahwa memulai menulis esai harus dari ide yang susah, ide yang jarang diketahui, atau ide yang high level, hal tersebut adalah hal yang kurang tepat. Sebab, untuk pemula tidak diperlukan ide-ide yang out of the box.
“Kalau konteksnya untuk pemula, aku rasa enggak perlu untuk teman-teman bersusah payah memikirkan ide-ide yang out of the box. Karena kalian ini masih perlu adaptasi untuk menulis,” lanjutnya.
Ia berpesan, konklusi dari menulis esai ini ialah masalah apa saja yang dipikirkan atau temui kemudian tulis. Lalu fokus ke suatu masalah hingga digali lebih dalam dan kemudian cari solusinya. Setelah itu, buat bagaimana agar itu dapat menjadi sebuah tulisan baik yang didukung dengan fakta dan data.
“Kalau misalnya beropini tidak ada didukung oleh bukti atau tidak ada yang support, itu agak repot. Baiknya didukung oleh fakta dan data agar unsur ilmiah atau nonilmiahnya dapat,” tutup Alzaid.
(Redaktur Tulisan: Rassya Priyandira)