Hits: 62
Aqillah Syahza Non
Pijar, Medan. Setelah konsisten melakukan Survei Indeks Optimisme Indonesia sejak tahun 2018, Good News From Indonesia (GNFI) kembali mengundang rekan-rekan media massa untuk menghadiri Peluncuran dan Diskusi Hasil Survei Indeks Optimisme 2021. Bekerja sama dengan Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKopi), diskusi hasil survei ini diselenggarakan melalui platform Zoom dan juga live streaming akun YouTube GNFI dan juga KedaiKopi pada hari Jumat (13/08) pukul 09.00-11.00 WIB.
Tujuan dilakukannya Survei Indeks Optimisme ini sendiri yaitu untuk mengukur seberapa besar optimistis generasi muda terhadap masa depan Indonesia dalam berbagai sektor kehidupan. “Kita mengukur semakin bertambahnya usia Indonesia, gimana sih kondisi optimisme kita, anak-anak muda terutama,” ucap Wahyu Aji, yang merupakan CEO dari GNFI. “Pada 2008, delapan puluh persen lebih ketika ditanya, mereka pesimis dengan masa depan Indonesia, yang artinya sebenarnya pesimis terhadap masa depan sendiri.” sambungnya
Pembacaan Survei Indeks Optimisme ini dilakukan oleh Kunto Adi Wibowo, selaku Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKopi. Dari lima sektor yang disurvei, hasil menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia paling optimis pada sektor Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu sebanyak 83,9%. Mereka optimis dengan akses pendidikan dan tentang bagaimana produk kerajinan tangan budaya Indonesia diterima dunia. Disusul oleh sektor Pemenuhan Kebutuhan Dasar, dengan persentase 75,1% yang optimis. Hingga pada sektor yang memperoleh hasil optimisme paling kecil datang dari sektor Politik dan Hukum yang memperoleh hasil optimis sebesar 32,1%.

Setelah mendengarkan seluruh hasil survei tersebut, Robby Muhammad, seorang Pakar Sosiolog dan Akademisi berpendapat bahwa hasil yang ditunjukkan cukup mengejutkan dan sangat menarik, sebab hampir di semua sektor generasi muda sangat optimis. “It’s a really good news from Indonesia. Ternyata anak muda kita itu masih sangat optimis, meskipun derajat optimismenya berbeda-beda di tiap sektor. Secara umum ini sangat bagus,” jelasnya. “Dan ini saya pikir tidak terlalu mengherankan juga, karena kalau memang betul orang kehilangan optimisme menjadi pesimis itu biasanya dia sudah kehilangan orientasi hidup secara psikologis,” tambahnya.
Sebagai pendidik dan juga inisiator Semua Murid Semua Guru, Najeela Shihab mengatakan bahwa ia juga ikut optimis. Menurutnya, optimisme sebagai subjek dalam pendidikan menjadi modal bagi banyak hal. Ia juga berpesan agar generasi muda Indonesia optimis bukan hanya karena progres yang ada sekarang, akan tetapi optimis dan melakukan aksi untuk memastikan bahwa progres tersebut bisa mendapatkan percepatan untuk mencapai target-target sebelumnya yang masih belum tercapai di semua sektor.
Setelah mendengarkan pendapat dari tiap-tiap pakar terhadap hasil survei, acara dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Setelah itu dilanjutkan penutupan dengan mendengarkan closing statement dari tiap narasumber dan foto bersama. “Setelah melihat hasil survei, saya merasa mereka merupakan bagian dari warga negara yang merasa negara ini layak untuk diteruskan, diperjuangkan. Dan ini membahagiakan kita semua. Kita yang tadinya merasa katakanlah lebih muram, jadinya lebih yakin kalau generasi mudanya saja bisa seoptimis itu, tentu saja kita tidak layak untuk berbagi kemuraman tadi itu,” tutup Ahmad Erani Yustika, Pakar Ekonomi dan Guru Besar Universitas Brawijaya.
(Editor: Laura Nadapdap)