Hits: 47
Dira Claudia Bahroeny
Pijar, Medan. Profesi content creator kini semakin diminati masyarakat, khususnya generasi muda. Ini tentu tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang kian canggih, sehingga begitu banyak platform media sosial yang dapat dimanfaatkan oleh para content creator dalam menghasilkan pundi-pundi rupiah lewat karya mereka.
Persaingan antar content creator pun kian sengit. Tidak terpungkiri hal ini disebabkan karena siapa saja dapat berkarya di media sosial. Ini yang membuat profesi ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Diperlukan niat, usaha, dan strategi yang pas sebagaimana yang disampaikan oleh Fadhil Muhammad dalam Webinar ‘Kunci Profesi Asyik Content Creator di Era Digital”’ yang diselenggarakan oleh Politeknik LP3I Jakarta (8/03), pukul 16.00 melalui Zoom meeting.
Content creator kelahiran 1996 ini membahas dasar-dasar kreatif membuat konten di media sosial, terkhusus TikTok dan YouTube. “Pertama, semua itu bersumber pada pikiran. Ada niat ada jalan. Misalkan teman-teman punya mimpi dapat 1 Millyar. Ya bukan ditungguin, tapi gimana caranya teman-teman adain 1 Millyar-nya. Kalau ada niat pasti kita bisa mendapatkannya,” jelas Fadhil.
Selain niat, yang juga tidak kalah penting adalah pengembangan potensi diri. Menjadi seorang content creator tidak semata-mata hanya mempublikasikan sebuah karya di media sosial. Kemampuan public speaking, teknik pengambilan video, dan editing juga merupakan unsur penting yang harus dimiliki.
Fadhil juga menekankan bahwa peralatan tidak menjadi halangan untuk kita berkarya. Banyak dari generasi muda yang tidak berani mencoba karena tidak memiliki peralatan atau device yang memadai. Tidak dengan Fadhil yang memulai hanya dengan menggunakan smartphone. Sekarang, ia berhasil memperoleh 25 ribu followers dan 136 ribu likes di TikTok, juga lebih dari 1.000 subscribers di YouTube.
Kemudian, yang menjadi faktor berkembangnya seorang content creator adalah lingkungan sekitarnya. Fadhil menyetujui bahwa lingkungan dapat mempengaruhi dirinya hingga mencapai posisinya sekarang.
“Cari teman yang satu frekuensi. Gunanya ketika mau buat sesuatu, teman-teman satu frekuensi bakal ngasih semangat dan dukungan. Beda dengan teman-teman yang malah ngomongin dari belakang. Jadi harus pilih apa harus tetap bertahan mendengar omongan orang atau pindah ke teman yg memang sefrekuensi,” ujar Fadhil menegaskan.
(Editor: Erizki Maulida Lubis)