Hits: 123
Rosha Asthari / Yayang Prilli Wandari
“Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu,
jurang antara kebodohan dan keinginanku
memilikimu sekali lagi”
– Batas
Pijar, Medan. Siapa yang tidak kenal dengan film Ada Apa Dengan Cinta? Kisah romansa karakter Cinta dan Rangga yang dirilis tahun 2002 lalu sukses menarik banyak penggemar dan menetapkan dirinya sebagai salah satu film legendaris Indonesia.
Berakhir di pintu bandara Soekarno-Hatta saat Rangga harus pergi melanjutkan studinya ke Amerika, kisah dua sejoli ini akhirnya dilanjutkan kembali 14 tahun setelahnya.
Kembali diproduksi oleh Mira Lesmana, disutradarai perdana oleh Riri Riza, dan dimasak dalam dapur rumah produksi Miles Film. Sekuel Ada Apa Dengan Cinta? ini memberi izin penonton untuk menyelami kehidupan karakter Rangga semasa di New York, dan kelanjutan geng Cinta di Jakarta.
Rangga dengan ciri khas less talk, more action nya, pada film ini memiliki hubungan erat dengan kopi, puisi, dan fotografi.
Karena itulah, untuk mengeksplorasi emosi dan karakter Rangga lebih dalam, Riri Riza dan Mira Lesmana membuat sebuah proyek untuk membantu mengembangkan proses perfilman. Proyek ini berupa sebuah buku kumpulan puisi, yang dipercayakan kepada penyair muda idola mereka, M. Aan Mansyur.
Pena M. Aan Mansyur lalu menghasilkan 31 buah puisi ungkapan hati Rangga yang dituturkan dengan bahasa yang gampang dimengerti, dan diksi yang ‘Rangga Sekali’.
Mengisahkan tentang jiwa Rangga yang tersesat akan beratnya beban rindu di hatinya untuk Cinta, buku ini lalu diberi judul Tidak Ada New York Hari Ini.
Perasaan rindu itu digambarkan sebagai sebuah bahasa yang baru, dimana setiap kata yang di kecup oleh Rangga memiliki arti akan untuk menjawab setiap kapan yang dilontarkan, dalam salah satu puisi yang berjudul Bahasa Baru.
Puisi Di Bandara Hari Itu, menceritakan perasaan Rangga tentang perpisahan nya, yang lalu disesali dan diinginkan kembali pada Batas. Tertulis pula pengandaian rapuh nya tentang cinta sejati dan sunyi nya dini hari dalam puisi Pukul 4 Pagi.
Dikisahkan juga bagaimana Rangga yang dingin, perlahan jadi memiliki hati dalam indahnya Sepasang Matamu. Lalu kesadarannya dalam pencarian akan rumah pun turut tertuang di puisi Aku Tidak Pernah Betul-Betul Pulang.
Jika Malam Terlalu Dalam menutup buku kumpulan puisi ini dengan memberitahu perasaan terasing dan sendiri Rangga saat berada di kota orang yang tidak bisa memanggilnya dengan benar. Membuatnya merindukan dan mengharapkan kedatangan cinta dan Cinta.
Buku ini tersedia dalam dua versi dengan sedikit perbedaan. Bersama puisi gubahan Aan Mansyur, disuguhkan pula foto suasana kota New York pada versi pertama yang diambil oleh seorang visual designer, Mo Riza. Foto-foto dengan gaya street photography yang kental ini, diidentifikasi dan digunakan sebagai hasil foto karakter Rangga di New York.
Pada versi kedua, buku Tidak Ada New York Hari Ini disajikan dengan ilustrasi dan dalam bilingual. John H. McGlynn ikut campur tangan dalam menerjemahkan puisi Aan Mansyur ke dalam bahasa Inggris. Dan walaupun dengan dua bahasa yang berbeda, nyawa pada tiap puisi tetaplah terasa sama.
Buku puisi ini menarik. Pembawaan enteng nya yang membumi, membuat tiap larik puisi terasa dekat di hati. Penggemar Ada Apa Dengan Cinta? sepertinya tidak boleh ketinggalan membaca isi hati Rangga ini.
(Editor : Lolita Wardah)