Hits: 12
Hesmitha Eunike
Pijar, Medan. Pandemi yang terjadi membawa dampak bagi berbagai industri, salah satunya adalah industri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Penjualan industri UMKM pun mengalami terjun bebas, tetapi pelaku UMKM harus tetap bertahan. Katadata Indonesia kali ini mengadakan forum virtual series bertema “Kisah Sukses UMKM: Adaptasi dan Inovasi di Tengah Pandemi” dengan tagar #JAGAUMKMINDONESIA pada Jumat (26/06) pukul 15.00 hingga 16.30 WIB yang ditayangkan lewat platform Facebook, Instagram, dan Youtube Katadata Indonesia.
Mengapa UMKM perlu dijaga? Karena sektor yang dikenal tahan berbagai krisis dan menopang konsumsi domestik, 5 tahun belakangan ini ternyata terpuruk dan telak dihantam pandemi COVID-19, sehingga butuh dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, e-commerce, media dan lainnya agar roda ekonomi terus berputar dan UMKM terus hidup. Webinar ini merupakan rangkaian seminar sesi kedua yang diadakan Katadata Indonesia.
Seri webinar ini bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Infomatika (Kominfo) bersama Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia serta didukung oleh Tokopedia. Webinar ini menghadirkan narasumber, yakni Fiki Satari (Staf Menteri Koperasi dan UKM Bidang Ekonomi Kreatif) dan tiga pelaku usaha yang mampu beradaptasi dan memenangkan peluang baru sepanjang pandemi ini, di antaranya Ola Harika Rachman (Pendiri Little Thoughts Planner), Abdul Wahab (Pendiri Rumah Bumbu Ratna), dan Firmansyah (Pendiri Klinik Kopi Yogyakarta).
Ola Harika, narasumber yang merupakan seorang party planner, membagikan pengalamannya. Ia mengatakan bahwa setiap minggunya melakukan dekor maksimum 3 sampai 4 kali, tetapi saat masa pandemi usaha tersebut seakan perlahan mati.
“Satu sisi aku agak sedikit tenang ya, karena pemerintah mengumumkan PSBB, tapi di sisi lain aku sangat sedih karena aku memikirkan nasib karyawanku di mana mereka gak akan mendapatkan penghasilan selama pandemi ini. Jadi ya bener-bener agak menyedihkan, tapi aku berusaha untuk membuat ide-ide kreatif seperti membuat face shield gitu,” ujar Ola.
Walaupun begitu, beliau menghadapi sebuah tantangan saat menjalankan usaha dari offline ke online. Ola mengaku bahwa tidak mempunyai persiapan sama sekali dan usahanya dilakukan secara spontan. Peralihan bisnis ini ia lakukan dengan tujuan agar pengrajin di sekitarnya dan karyawannya tetap bisa berpenghasilan untuk keluarga mereka.
Selain itu, Ola juga melihat bahwa kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) sangat tinggi sehingga ia memiliki ide merancang face shield untuk diproduksi sebagai usahanya. Pada saat itu ia membuat face shield dengan cara berdonasi, mengumpulkan calon donatur, serta membuat iklan di media sosial. Alhasil, banyak teman yang juga membantu.
Kisah yang hampir serupa juga dibagikan oleh Abdul Wahab, seorang pelaku usaha bumbu instan khas Makassar. “Pada saat pandemi itu memang karena kondisi semuanya diharuskan untuk berubah ke online. Tetapi kebetulan di tahun 2017 kami sudah mulai merintis penjualan online melalui market place, hanya belum terlalu fokus. Setelah masuk masa pandemi, peluang itu terbuka lebar,” tutur Abdul.
Mendengar cerita dari para pelaku UMKM yang berjuang serta melakukan adaptasi dan inovasi, Fiki Satari, Staf Menteri Koperasi dan UKM Bidang Ekonomi Kreatif mengapresiasi hal tersebut, karena untuk menggerakkan sebuah gerbong UMKM yang berjumlah 64 juta perlu lokomotif yang perlu menjadi model dan memberikan informasi bagi gerbong yang ada di belakangnya.
Narasumber pun memberikan kiat-kiat bagi pihak yang ingin melakukan peralihan dari bisnis offline ke online, antara lain harus mempersiapkan pengetahuan terkait usaha yang ingin dimasukkan ke market place, mengulik informasi dengan tidak setengah-setengah, melampirkan kualitas produk dengan baik, melakukan bundling product (penggabungan produk) sebagai strategi yang efektif dan memasarkan produk secara informatif dengan memanfaatkan media sosial yang ada. Selain itu, pelaku bisnis juga perlu melakukan promosi agar produk yang dipasarkan dapat dilirik dan dibeli oleh calon konsumen.
(Redaktur Tulisan: Widya Tri Utami)