Hits: 11
Fatin Faiza Siregar
“Dangdut is music of my country”
Pijar, Medan. Penggalan kalimat diatas tidak asing lagi di telinga anak 90-an. Ya, Project Pop mengeluarkan single yang menceritakan bahwa dangdut adalah lagu dari negara kita. Namun, bagaimana dangdut itu terbentuk?
Dangdut adalah salah satu genre musik yang memiliki unsur-unsur Hindustani (India), Melayu, dan Arab. Kata “dangdut” merupakan onomatope dari suara permainan tabla pada musik India. Maka dangdut sering dicirikan dengan dentuman tabla atau gendang.
Dangdut lahir pertama kali pada tahun 1968 oleh Rhoma Irama. Perubahan arus politik Indonesia pada akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat dengan penggunaan gitar listrik maupun pemasaran lagunya. Hingga pada tahun 1970-an, dangdut sudah berbentuk kontemporer. Musik dangdut berkembang seiring dengan perkembangan elektronik yang menyentuh dunia musik Indonesia.
Sejak dulu dangdut dikenal dengan bendumannya yang khas. Sebuah lagu bila dimasukkan benduman dangdut tersebut, akan terdengar seakan-akan lagu dangdut. Hingga tidak jarang masyarakat mengira bahwa lagu dangdut dapat dinyanyikan oleh siapa saja. Padahal dangdut tidak semudah yang dibayangkan. Menurut penyanyi asli dangdut seperti Iyeth Bustami, lagu dangdut memiliki kesulitan tersendiri.
Bahkan lagu dangdut lebih sulit dinyanyikan daripada lagu pop. Cengkok dari lagu dangdut harus terasa dan Indonesia selalu sukses menyanyikan lagu dangdut beserta cengkoknya. Maka tidak heran bila di ajang pencarian bakat dangdut, Indonesia selalu mendapat tempat di setiap hati masyarakat. Orang awam pun dapat menilai dengan mudah mana penyanyi dangdut yang baik, mana yang tidak.
Lamanya dangdut mengudara menghasilkan jenis dangdut yang beragam. Seperti dangdut koplo, dangdut house, pop-dut (pop dangdut), hingga rock-dut (rock dangdut). Dangdut yang flexibel menyebabkan genre ini mampu masuk ke semua genre musik. Maka tidak mengherankan banyak sekali lagu pop yang aransemennya diubah menjadi lagu dangdut.
Kuatnya genre dangdut di Indonesia tidak sebanding dengan minat masyarakat terhadap genre ini khususnya generasi milenial. Arus globalisasi menjadikan lagu-lagu barat mempertahankan eksistensinya di tengah masyarakat. Ditambah musik dangdut hanya sering terdengar di angkutan umum maupun acara pernikahan menyebabkan masyarakat yang mencintai dangdut mendapat celaan dari sekitar. Akhirnya, dangdut tidak disuarakan.
Eksistensi musik dangdut memang belum sekuat genre musik lainnya. Tetapi masih banyak masyarakat yang mempertahankan genre musik tersebut. Hal ini dikarenakan menurut mereka, dangdut adalah musiknya ibu pertiwi. Dangdut sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Bahkan juga ada lagu dangdut yang tidak lekang oleh waktu. Seperti lagu dari Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, dan masih banyak lagi.
Berkurangnya minat masyarakat milenial terhadap lagu dangdut dipelopori oleh mental mereka sendiri. Masyarakat mengganggap musik dangdut hanya untuk kalangan menengah kebawah. Lagu dangdut tidak bisa masuk disemua kalangan masyarakat. Meskipun Via Vallen sudah membuktikan bahwa dangdut tidaklah seburuk itu, tapi tetap saja masih banyak masyarakat yang berfikiran dangdut hanya musik rendahan.
Padahal bila musik dangdut diputar badan anda juga ikut bergoyang, bukan?
Redaktur Tulisan : Annisa Rahmi